Jakarta, Aktual.com – Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov menyebut, jika melihat pola pertumbuhan dan situasi ekonomi dalam dua tahun terakhir, sepertinya agak sulit bagi pemerintah untuk mengejar pertumbuhan 5,1% di tahun 2017 sesuai target APBN.
Pasalnya, beberapa faktor penyebabnya antara lain inflasi 2017 ini diperkirakan akan lebih tinggi dari target pemerintah sebesar 4%. Bahkan, lembaga International Monetary Fund (IMF) pun memperkirakan inflasi Indonesia pada tahun ini bisa mencapai 4,5%.
“Jadi, potensi lonjakan inflasi pada tahun ini bukan hal yang main-main, sebab kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) 900 VA pada awal 2017 saja sudah menyebabkan inflasi yang cukup tinggi. Sudah lebih tinggi dari inflasi pada periode lebaran 2016,” tandas Abra kepada Aktual.com, Jumat (24/3).
Inflasi Januari 2017 sendiri seperti catatan Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 0,97 persen dan di Februari sebesar 0,23 persen. Jadi dari awal tahun sudah sebesar 1,2 persen.
Kata Abra, inflasi pangan juga masih menjadi momok bagi konsumen. “Dan tingginya tingkat inflasi itu tentu akan memukul rumah tangga konsumen, bahkan produsen atau sektor riil juga sangat menderita dengan inflasi yang tidak terkendali itu,” jelas dia.
Kenaikan TDL 900 VA non-subsidi tersebut, ujar Abra, dilakukan bertahap setiap dua bulan yakni dari Rp585/kWh sebelumnya menjadi Rp774/kWh per 1 Januari 2017; lalu Rp1.023/kWh per 1 Maret 2017, dan Rp1.352/kWh per 1 Mei 2017.
“Kemudian pada bulan-bulan berikutnya tarif listrik akan disesuaikan berdasarkan harga keekonomian (harga pasar),” jelasnya.
Secara nominal, sambung Abra, tagihan rekening listrik pelanggan 900 VA non-subsidi akan meningkat dari sekitar Rp74 ribu per bulan menjadi Rp180 ribu per bulan pada Mei 2017 mendatang.
Artinya, pengeluaran listrik bagi rumah tangga golongan 900 VA akan meningkat sekitar 143 persen dalam enam bulan mendatang.
“Bayangkan, untuk komponen listrik saja sekitar 18,94 juta rumah tangga pelanggan listrik 900 VA akan menanggung kenaikan TDL sampai 143% hanya dalam tempo setengah tahun ini,” tandasnya.
Tidak hanya itu, menurut Abra, polemik mengenai transportasi online juga bisa menjadi faktor pemicu inflasi lainnya.
Jika pemerintah salah mengambil kebijakan terkait transportasi online, bukan tidak mungkin dampaknya adalah inflasi di sektor transportasi yang pada akhirnya juga turut memperparah tingkat inflasi di tahun ini,” pungkas dia.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan