Jakarta, Aktual.com — Panitia Peringatan 42 Tahun Pergerakan Mahasiswa 1974 (Malari) dan 16 Tahun Indonesia Democracy Monitor, Bambang Isti Nugroho, mengatakan, generasi muda sekarang sedikit berbeda dengan generasi muda pada tahun 70-an. Salah satu perbedaan itu pada keinginan atau hasrat yang mendiami benak keduanya.

“Sekarang anak muda ingin cepat tua, ingin cepat mapan. (harusnya) anak muda jangan cepat menjadi tua, agak sedikit revolusioner, jangan cepat mapan,” terang Isti, dalam sambutanya di Gedung Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (15/1) malam.

Diungkapkan, perbedaan ini tergambar dengan baik dalam pertemuan Teguh Esha dengan Hariman Siregar. Teguh Esa, sang penulis Ali Topan Anak Jalanan, merupakan sahabat baik sejak era tahun 70-an. Dalam prosesnya, Hariman mendapati inspirasi mengenai gejolak anak muda yang ‘seharusnya’ dari buku Teguh.

“Pesannya ketemu,” demikian Isti berujar.

Dalam Peringatan 42 Tahun Peristiwa Malari dan 16 Tahun Indemo kali ini, panitia mengusung tema Bebaskan Demokrasi Kita dari Oligarkhi. Kata Isti, penggunaan tema ini karena demokrasi ‘kita’ serasa dalam kungkungan oligarkhi. Berbeda demokrasi ditempat lain yang tidak disandera.

Indemo, lanjutnya, menyimpulkan bahwa demokrasi kita sudah dibajak oleh kekuatan uang. Dan, sudah lama Hariman Siregar menyampaikan hal tersebut.

“Indemo akan terus monitor demokrasi, dan akan terus adakan diskusi, dan mungkin turun ke jalan,” kata Isti.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby