Namun, Wakil Juru Bicara pemberontak Kol. Lam Paul Gabriel mengatakan SPLA menyerang mereka lebih dulu di Daerah Gandour di Leer, sebelum mereka dipukul mundur.
“SPLA (IO) telah bisa mempertahankan posisi sebelumnya dan memukul mundur pasukan musuh, dan mereka meninggalkan 53 mayat rekan mereka dan 93 orang yang cedera. Kami kehilangan lima pahlawan dan empat lagi menderita luka ringan,” kata Gabriel.
Ia juga mengatakan pasukan pemerintah yang mengaku mematuhi gencatan senjata melancarkan agresi.
Sudan Selatan terperosok ke dalam kerusuhan pada Desember 2013, setelah pertikaian politik antara Presiden Salva Kiir dan mantan wakilnya yang berubah menjadi pemimpin pemberontak Riek Machar mengakibatkan SPLA terpecah, sehingga tentara terlibat pertempuran setelah terpecah berdasarkan garis etnik.
Kesepakatan perdamaian untuk mengakhiri konflik itu membuat lemah setelah meletusnya pertempuran baru pada Juli 2016, peristiwa yang membuat Machar melarikan diri dari ibu kota Sudan Selatan.