Jakarta, Aktual.co — Puluhan ribu orang juga berkumpul untuk melakukan pawai di ibu kota negara Turki, Ankara, yang suasananya diwarnai kemeriahan orang-orang yang menari-nari dan bernyanyi.
Para pengkritik mengatakan Presiden Tayyip Erdogan dan pemerintah telah menjadi sewenang-wenang menjelang pemilihan umum pada Juni.
“Rakyat ingin menyampaikan masalah-masalah mereka tapi pemerintah tidak ingin masalah-masalah tersebut didengar menjelang pemilihan,” kata politisi oposisi Mahmut Tanal, sambil memegang buku saku undang-undang dasar Turki, kepada Reuters di Istanbul, Jum’at (1/5).
“Harapan saya adalah 1 Mei dirayakan dalam suasana meriah tanpa ada provokasi-provokasi,” kata Erdogan dalam sebuah pernyataan.
Erdogan sebelumnya menepis para pengunjuk rasa yang dianggap sebagai “orang-orang terbuang” dan teroris.
Kemarahannya itu dipicu oleh kerusuhan 2013 yang kemudian menarik perhatian internasional yang tak diharapkan serta menimbulkan tantangan terhadap Partai AK yang dipimpinnnya sejak partai tersebut mendapatkan kekuasaan pada 2002.
Erdogan sedang berupaya untuk mendapatkan kemenangan besar bagi partainya pada pemilihan parlemen bulan Juni. Kemenangan akan membuka kemungkinan bagi pihaknya untuk mengubah undang-undang dasar dan memberinya kekuasaan luas sebagai presiden.
Unjuk rasa Taksim pada 2013 berawal dari demonstrasi damai terhadap rencana pengembangan Taman Gazi, sebuah sudut teduh di lapangan tersebut. Setelah polisi melakukan kekerasan, demonstrasi meluas menjadi rangkaian unjuk rasa di seluruh negeri selama berminggu-minggu yang menentang kepemimpinan Erdogan.
Artikel ini ditulis oleh:

















