Jakarta, Aktual.co — Lambannya operasi bantuan dari pemerintah Nepal dalam menangani gempa yang melanda negara itu, telah mendorong kemarahan dan frustrasi dari warganya.
Hal ini terlihat ketika ribuan orang yang antri untuk mendapatkan bantuan di Kathmandu, mereka berusaha untuk kembali ke kampung halaman dengan menggunakan bus gratis yang disediakan pemerintah.
Rajana, salah satu warga dengan dua orang anak mengeluhkan antrian layanan operasi bantuan tersebut, dia mengaku pemerintah hanya dapat memberikan antrian ini, sementara para korban telah melewati kelaparan dan kedinginan.
“Saya terus mendengar berita bahwa badan-badan bantuan telah ada di sini, tapi di mana mereka? Pemerintah kami sama sekali tidak ada. Mereka bahkan tidak bisa memberi kita air,” kata Rajana dikutip dari Aljazeera, Kamis (30/4).
Dari stasiun bus utama Kathmandu, dilaporkan orang bersedia untuk melakukan perjalanan dua sampai tiga hari, hanya untuk menjauh dari potensi ancaman gempa susulan di kota.
Bahkan salah satu pemuda di stasiun mengatakan, dia membutuhkan jarak ke 900 km untuk pergi ke desanya. namun tidak ada satu pun yang membantunya.
“Sehingga lebih aman bagi saya untuk pulang. Kami semua khawatir mendapatkan sakit dan kota tidak aman,” katanya.
Pemerintah mengakui telah kewalahan oleh kehancuran dari gempa 7,8 skala richter pada Sabtu (25/4), yang telah menewaskan lebih dari 5.000 orang di seluruh Nepal. Gempa tersebut paling mematikan lebih dari 80 tahun.
Menteri komunikasi Nepal, Minendra Rijal mengakui, ada beberapa kelemahan dalam menjalankan operasi bantuan. Menurutnya, bencana tersebut begitu besar dan belum pernah terjadi sebelumnya.
“Kita belum dalam posisi untuk memenuhi harapan rakyat yang membutuhkan. Tapi kami siap untuk menerima kelemahan kita, belajar dan bergerak maju dalam cara yang terbaik,” katanya
Putus asa terjadi di daerah pedesaan yang hancur dilanda gempa. Orang-orang telah memohon untuk diterbangkan setiap kali helikopter melintasi desa untuk memberi pasokan bantuan. Sementara di Dolakha, warga marah menghancurkan jendela gedung administrasi lokal.
Kepala petugas kabupaten, Prem Lal Lamichhane menjelaskan lebih dari 200.000 orang kehilangan tempat tinggal.
“Kami telah diberitahu bahwa bahan-bahan yang dalam perjalanan mereka, tapi kami belum menerima,” ungkapnya.
Artikel ini ditulis oleh:

















