Yogyakarta, Aktual.co — Puluhan siswa SMP serta SMA Marsudi Luhur Yogyakarta terpaksa harus direlokasi atau dipindahkan ke gedung sekolah lain beberapa waktu belakangan ini. Hal itu terjadi karena bangunan gedung sekolah mereka yang terletak di Jalan Bintaran Kidul, Bintaran, Yogyakarta, saat ini tengah dibongkar dan dirobohkan untuk dibangun sebuah hotel berbintang.
Menurut informasi dari berbagai pihak, pembongkaran komplek bangunan gedung sekolah berlantai dua SMP dan SMA Marsudi Luhur itu dilakukan oleh pihak yayasan karena penurunan jumlah murid sejak beberapa tahun terakhir. Minimnya jumlah murid tersebut berdampak pada pemasukan dan keberlangsungan sekolah.
Bahkan sempat muncul wacana sekolah tersebut akan ditutup. Sehingga pihak yayasan pun akhirnya berinisiatif mencari tambahan pemasukan dengan membongkar bangunan sekolah untuk mendirikan sebuah hotel.
“Tak bisa dipungkiri, sejak beberapa tahun terakhir ini situasi memang serba sulit. Sekolah selalu kesulitan mencari murid. Bahkan bisa dibilang terancam hampir tutup,” ujar salah seorang sumber dari sekolah tersebut belum lama ini.
Dengan adanya rencana pembangunan hotel tersebut, seluruh siswa-siswi baik SMP maupun SMA Marsudi Luhur kini pun harus menempati bangunan gedung yang lebih sempit yang berlokasi hanya beberapa ratus meter di sebelah timur gedung sekolah mereka yang dirobohkan.
Di gedung ini para siswa terpaksa harus berbagi tempat satu sama lain karena bangunan gedung SMP dan SMA digabungkan menjadi satu.
Di depan bekas bangunan gedung sekolah tersebut nampak dua buah plakat bertuliskan rencana pembangunan kondotel berbintang empat “Atria Condotel Yogyakarta”. Sejumlah pekerja juga mulai nampak memulai pembangunan fondasi.
Sementara itu pembongkaran kompleks gedung sekolah SMP dan SMA Marsudi Luhur Yogyakarta untuk dijadikan hotel berbintang tersebut diketahui menimbulkan dampak tersendiri bagi proses belajar-mengajar siswa-siswi sekolah tersebut. Hal itu diakui salah seorang guru SMP Marsudi Luhur yang enggan disebutkan namanya.
Di lokasi gedung relokasi, para siswa terpaksa harus berbagi tempat satu sama lain karena bangunan gedung SMP dan SMA digabungkan menjadi satu. Karena keterbatasan tempat, sejumlah ruang seperti perpustakaan dan bimbingan konseling pun juga harus digunakan secara bersama-sama antara siswa SMP dan SMA.
“Tentu memang lebih nyaman di gedung yang dulu. Karena disana kan antara gedung SMP dan SMP terpisah. Meski satu kompleks namun kita menempati gedung sendiri-sendiri. Gerbang atau pintu masuknya saja beda. Tapi kalau disini digabung jadi satu,” katanya.
Dikatakan untuk siswa SMA, pemindahan proses belajar mengajar sendiri telah dilakukan sejak awal semester. Namun pemindaham untuk siswa SMP baru dilakukan pada bulan September lalu sehingga cukup mengganggu proses belajar-mengajar siswa.”Tentu dengan pindah di gedung sekolah ini siswa harus beradaptasi dari awal. Mereka juga harus belajar berinteraksi dengan siswa lain yang berbeda tingkatan. Karena di sini siswa SMP dan SMA bercampur meski ruang kelas masing-masing terpisah,” katanya.
Ia menyebutkan jumlah murid untuk tingkat SMP Marsudi Luhur sendiri sampai saat ini berkisar antara 50 siswa. Jumlah itu sudah terdiri atas keseluruhan siswa mulai dari kelas 7 hingga kelas 9 yang menempati sebanyak tiga ruang kelas. “Sejak beberapa tahun terakhir jumlah murid memang hanya sekitar itu. Untuk tingkat SMA kurang lebih juga sama. Sedang untuk guru ada sekitar 16 orang. Baik yang berstatus guru yayasan maupun guru tidak tetap,” katanya.
Sebagaimana beberapa ruang sekolah yang menjadi satu, sejumlah guru di SMP Marsudi Luhur pun, beberapa juga sekakigus mengajar untuk siswa SMA. Bahkan diantara mereka diketahui juga harus mengajar di sekolah lain untuk memenuhi tuntutan jam mengajar 24 jam.
Masuk
Selamat Datang! Masuk ke akun Anda
Lupa kata sandi Anda? mendapatkan bantuan
Disclaimer
Pemulihan password
Memulihkan kata sandi anda
Sebuah kata sandi akan dikirimkan ke email Anda.