Jakarta, Aktual.co — Para pemimpin Palestina dan Israel terus terlibat pertengkaran lisan sementara ketegangan meningkat di Jerusalem Timur, yang telah menyaksikan peningkatan bentrokan antara warga Palestina dan pasukan Keamanan Israel.
Pada Senin (27/10), Perdana Menteri Pemerintah Nasional Palestina (PNA) Rami Hamdallah mengatakan Jerusalem Timur adalah ibu kota abadi Negara Palestina.
Sebagaimana dikutip, ia mengatakan bahwa sepanjang menyangkut PNA, “Jerusalem adalah garis merah, dan demikian juga dengan Masjid Al-Aqsha”.
“Kami datang ke sini untuk mengatakan Jerusalem adalah Ibu Kota Negara Palestina dan bagian penting dari program nasional,” kata Hamdallah, sebagaimana diberitakan Xinhua, Selasa (28/10).
“Pendudukan tidak sah dan melanggar hukum. Semua tindakan Israel dan permukiman adalah tidak sah.”
Komentar tersebut dikeluarkan satu pekan setelah Uni Eropa menetapkan garis merah buat Isral sehubungan dengan kebijakan permukimannya di Tepi Barat Sungai Jordan, dan memperingatkan Israel agar tidak melakukan tindakan yang akan membahayakan berdirinya Negara Palestina.
Kompleks tempat Masjid Al-Aqsha dan Qubbatush Shakhrah berada di Al-Haram Asy-Syarif –yang oleh orang Yahudi disebut Bukit Knisah. Tempat Suci orang Yahudi, Tembok Ratapan (Tembok Barat) –“yang diduga adalah bagian dari kuil kuno Yahudi”– berada di kaki bukit Al-Haram Asy-Syarif.
Israel merebut kompleks tempat suci ketiga umat Muslim tersebut dari Jordania dalam Perang Timur Tengah 1967. Waqaf Muslim mengelola tempat itu dan pasukan keamanan Israel memantaunya dalam upaya memberlakukan status quo. Tempat tersebut telah menjadi duri dalam daging antara pemeluk agama dan orang Yahudi tak diperkenankan beribadah di Al-Haram Asy-Syarif.
Pemrotes Palestina seringkali bentrok dengan polisi sebagai reaksi terhadap pengunjung Yahudi ke tempat suci umat Muslim itu dan pemimpin Palestina serta Arab di seluruh dunia telah berulangkali menyatakan Israel berusaha meyahudikan kompleks Al-Aqsha.
Politisi sayap-kanan Israel telah mendorong digolkannya peraturan yang mengizinkan orang Yahudi beribadah di kompleks tersebut. Pada Senin pagi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Presiden Palestina Mahmoud Abbas bermitra dengan anasir fanatik dalam menyebar hasutan anti-Israel mengenai desas-desus palsu bahwa Israel berusaha mengubah status quo atas Al-Haram Asy-Syarif.
Ketegangan telah meningkat di Jerusalem antara orang Yahudi dan Arab sejak Juni. Setelah penculikan dan pembunuhan tiga remaja Yahudi “oleh gerilyawan Palestina” di dekat Al-Khalil (Hebron) pada Juni, ekstremis Yahudi membunuh remaja Palestina yang berusia 15 tahun dari Jerusalem Timur.
Beberapa bulan belakangan telah menyaksikan bentrokan terus-menerus antara warga Jerusalem Timur dan pasukan keamanan Israel. Juga telah sering beredar laporan mengenai ekstremis Yahudi menyerang pejalan kaki Arab secara membabi-buta.
Ketegangan meningkat lagi sehubungan dengan pengumuman Israel baru-baru ini mengenai pembangunan rumah baru di Jerusalem Timur dan pemukim Yahudi bergerak memasuki permukiman yang kebanyakan warganya orang Palestina di daerah itu. Lebih dari 300.000 orang Palestina tinggal di Jerusalem Timur.
Pada Rabu lalu (22/10), seorang perempuan dan satu bayi tewas dan enam orang lagi cedera, ketika satu orang Arab Israel dari Jerusalem Timur menabrakkan mobilnya ke sekelompok orang di satu stasiun kereta di Jerusalem. Penyerang tersebut tewas oleh polisi ketika ia berusaha melarikan diri dari lokasi itu dengan berjalan kaki.
Artikel ini ditulis oleh: