Jakarta, Aktual.co — Boko Haram memanfaatkan para perempuan muda yang mereka culik untuk kegiatan penyerangan di garis depan.
Pengamat Hak Asasi Manusia menyatakan hal itu berdasar keterangan puluhan mantan sandera yang mengalami pelecehan fisik dan kejiwaan ketika berada di tangan kelompok fanatik tersebut.
Kelompok Boko Haram diduga menculik 30 anak termasuk gadis-gadis yang termuda berusia 11 tahun di negara bagian Borno, pada akhir pekan.
Seminggu sebelumnya sekitar 40 perempuan dan gadis-gadis diculik dari daerah Adamawa di dekat Borno.
Kedua penculikan — dan kekerasan yang berlajt di barat laut Nigeria dan Kamerun utara — telah meragukan tuntutan pemerintah untuk mengadakan gencatan senjata untuk membebasan 219 siswi yang diculik sejak April.
Dalam laporan HAM, seorang peempuan berusia 19 yang ditawan selama tiga bulan tahun lalu dipaksa ikut serta dalam serangan-serangan Boko Haram, “Saya disuruh memegang peluru dan berbaring di rerumputan sementara mereka berjuang. Mereka akan datang kepada saya untuk meminta peluru tambahan ketika pertemputan berlangsung pada siang hari,” katanya.
“Ketika pasukan datang dan mulai menembaki kami, saya merasa sangat ketakutan. Para penyerang menyeret saya ketika melarikan diri ke pengkalan.” Dalam operasi lain, Dia mengatakan ia bertugas menyerahkan sebilah pisau untuk membunuh salah satu dari lima tahanan sipil yang dibawa ke markas untuk dihukum mati.
“Saya gemetar akibat kengerian dan mmebuat saya tidak dapat berbuat apa-apa. Istri pimpinan markas mengambil pisau dan menikam mati pria itu,” katanya.
Gelombang serangan bom bunuh diri oleh perempuan pada awal tahun ini menimbulkan spekulasi bahwa Boko Haram kemungkinan memanfaatkan perempuan dan gadis-gadis korban penculikan untuk melakukan penyerangan tersebut.
Namun belum ada bukti nyata untuk membuktikan apakah para penyerang itu adalah korban penculikan atau relawan yang melakukannya secara sukarela.
Artikel ini ditulis oleh: