Jakarta, Aktual.com — Operasi survey minyak di kawasan Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumut yang dikerjakan oleh anak perusahaan Pertamina diketahui ternyata merupakan bagian survey minyak terluas yang pernah dilakukan oleh pihak PT Pertamina.
Survey seismik 3 Dimensi meliputi 2 Kabupaten masing-masing Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat serta 2 Kota masing-masing Kota Medan dan Kota Binjai itu disebut sebagai Blok Garcinia.
“Namanya Blok Garcinia, kita lakukan survey di empat kabupaten dan Kota. Ini (Survey) yang terluas di Indonesia,” ujar Chief Humas Survey Seismik 3D Garcinia Pertamina EP, Sumatera Utara, Subarkah kepada Aktual di Medan, Rabu (17/6).
Menurut Subarkah, survey itu sudah berlangsung selama 2 tahun, sejak 2013 lalu. Kini, survey yang masih berlangsung tinggal sekitar 1 persen dari total pendataan.
“Yang kita tembak, 47.300 titik di 360 desa. Sekarang tinggal kurang satu persen lagi saja,” sebutnya.
Subarkah mengakui, dengan sebaran dan rentang waktu yang cukup panjang dalam melakukan survey, potensi kandungan minyak di kawasan Blok Garcinia cukup besar. Meski, Subarkah menyebut, besaran potensi kandungan minyak itu akan diketahui setelah melewati penelitian di SKK Migas.
“Potensi ada (besar-red), cuma dimana palungnya, itu yang sedang di survei. Tapi bisa abang bayangkan, survei seismik selama 2 tahun. Artinya potensinya sangat besar,” ungkapnya.
Menurut Subarkah, survei di Blok Garcinia merupakan misi pemerintah untuk mencari sumber minyak baru. Soal eksplorasi dan eksploitasi, Subarkah menyebut itu juga merupakan kewenangan SKK Migas.
“Masih menunggu SKK Migas untuk memutuskan apakah akan di eksplorasi. G and G (Geologi dan Geofisika), mereka yang tau cadangannya berapa banyak,” ujarnya.
Dengan potensi besar itu, Subarkah tak menampik, eksplorasi hingga eksploitasi akan berlangsung tidak lama lagi. Jika itu terjadi, sambungnya, maka akan dilakukan pembebasan lahan pada titik-titik dimana eksplorasi dan eksploitasi dilakukan.
“Biasanya pembebasan lahan 100 meter,” sebutnya.
Sementara itu, divisi kehumasan Farid, secara teknis menjelaskan operasi survey yang dilakukan selama ini menggunakan alat sejenis scanner untuk mendeteksi kandungan minyak di dalam bumi. Peledakan dan pengeboran dengan menggunakan pipa sedalam 30 meter.
Farid menyebut, alat peledak yang digunakan dalam survey minyak tersebut sudah menggunakan standar internasional yang minim dampak terhadap lingkungan.
“Aman, low explosif, daya jel fosfor, ramah lingkungan. Dia hanya menggetarkan saja, buatan PT. Dahana, luar negeri juga memakai itu. Kedalaman 30 meter, dia numbuk ke bawah, dan besar mata bornya 3 Inchi,” klaim Farid.
Terkait sejumlah penolakan dari warga di kawasan lokasi survey, Farid mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan prosedur sosialisasi. Dimulai dari Pemkab hingga kepala Dusun.
Terkait kompensasi, Farid menjelaskan, pihaknya akan bertanggungjawab penuh, baik terkait lahan yang terlintasi maupun kerusakan pada bangunan rumah yang terkena dampak getaran akibat ledakan bom.
“Sudah ada pembayaran kompensasi, di Binjai, Kelurahan Cengkeh Turi, Kecamatan Binjai Utara. Kompensasi terhadap lintasan kabel, lubang yang di bor, dan ganti rugi tanaman yang rusak. Terhadap bangunan yang kena dampak juga sudah diberikan. Misalnya, di Cengkeh Turi 114 juta, Kelurahan Jati Karya 45 juta, kompensasi lahan yang terlintasi. Bangunan tetap dipertanggungjawabkan dengan perbaikan,” urai Farid.
Diberitakan sebelumnya, survey dan pendataan minyak itu menuai protes keras dari warga di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.
Warga mengaku, operasi pencarian minyak itu tidak disosialisasikan kepada masyarakat sekitar. Akibatnya, getaran dan dentuman dari ledakan bom yang terjadi tiba-tiba itu menyebabkan keresahan masyarakat, khususnya yang memiliki anak bayi.
Tak hanya sisi kesehatan, warga juga mengeluhkan, dampak dari getaran ledakan itu menyebabkan sejumlah rumah mengalami kerusakan.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka