Jakarta, Aktual.com — Pada prinsipnya setiap manusia diperintahkan untuk berbuat baik. Lantaran, setiap perbuatan akan dimintai pertanggungan jawabnya di akhirat kelak. Sebuah kebaikan yang rutin atau wirid dalam arti yang luas, juga tidak akan lepas dari pemeriksaan (hisab). Apalagi perbuatan buruk atau perbuatan tidak baik, tentu hisab berlaku. Pemeriksaan juga berlaku untuk pendapatan dan belanja.

Dengan adanya pemeriksaan (hisab) di akhirat nanti, masih juga banyak orang berani melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Apalagi, bila hisab ditiadakan? Banyak orang, mungkin bisa jadi akan berbuat semaunya.

Hanya sanksi hukum positif, pengawasan, kesepakatan atau tingkat ketinggian peradaban yang bisa mencegah mereka. Ini pun bersifat mungkin.

Habib Abdullah bin Husein bin Thohir Ba’alawi dalam Is’adur Rofiq-nya menyebutkan, bahwa sejumlah orang yang bernasib baik tanpa hisab di akhirat,

فائدة: ورد في الأحاديث أن من ابتلى بذهاب بصره أو غيره من البلايا فصبر حتى يلقى الله، ومن مات بطريق مكة ذاهبا أو آيبا، وكل رحيم صبور، وطالب العلم، والمرأة المطيعة لزوجها، والبار بوالديه، والماشي في حاجة أخيه المسلم، ومن ربى صبيا يقول “لا إله إلا الله”، ومن مات ليلة الجمعة أو يومها، ومن بلي بمصيبة في بدنه أو ماله فصبر، ومن قرأ سورة القدر بعد وضوئه ثلاثا، ومن حفر بئرا بفلاة إيمانا واحتسابا، لا يحاسبون.

Pengumuman, tersebut di dalam banyak hadis bahwa sebelas orang berikut ini Insya Allah tidak akan dihisab di hari Kiamat, diantaranya:

Pertama, mereka merupakan orang yang diuji dalam bentuk kehilangan penglihatan atau ujian lainnya lalu bersabar hingga wafat.

Kedua, orang yang wafat di tengah jalan baik menuju Mekah maupun sepulangnya.

Ketiga, setiap orang penyayang lagi penyabar.

Keempat, perempuan yang taat serta berbakti kepada suaminya

Kelima, orang yang berbakti kepada orang tuanya

Keenam, orang yang berjalan untuk membantu orang lain yang sedang memiliki hajat

Ketujuh, orang yang mendidik anak kecil mengucap “La ilaha Illallah”

Kedelapan, orang yang wafat pada malam Jumat atau Jumat siang

Sembilan, orang yang kena musibah pada fisiknya atau hartanya lalu bersabar

Sepuluh, orang yang membaca surat Al-Qodar sebanyak tiga kali usai berwudhu

Sebelas, orang yang membuat sumur di tanah lapang secara ikhlas untuk kepentingan umum.

Oleh karena itu, umat Islam selain keimanan dan kepatuhan pada rukun Islam perlu mendidik diri sendiri agar bisa menerapkan perbuatan-perbuatan baik seperti di atas di dalam kehidupannya.

Walaupun tetap dihisab karena kekurangan syarat di dalam perbuatan baik itu, maka setidaknya kita tetap berbuat baik. Meski, bernasib baik, wafat di siang atau malam Jumat. Ini yang tidak bisa diusahakan. Ini bergantung semata pada nasib. Wallahu A’lam.

Artikel ini ditulis oleh: