Malang, Aktual.com – Sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur, Kota Malang masih dihantui Gelandangan Pengemis (Gepeng) dan Anak Jalanan (Anjal).
Mereka kerap terlihat beraksi di beberapa titik di perempatan jalan besar. Gepeng dan anjal itu diduga banyak datang dari luar Kota Malang. Beberapa kali razia yang dilakukan oleh Satpol PP dan aparat kepolisian, gepeng dan anjal didrop dari kawasan Kabupaten Malang, Lumajang, dan Pasuruan.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Kota Malang, sangat berpengaruh bagi tumbuh kembangnya gepeng dan anjal. Mereka datang menyerbu kota ini bukan sendirian, namun dikerahkan oleh beberapa orang.
Data Dinas Sosial mencatat, beberapa titik favorit tempat mangkal gepeng dan anjal yang kerap meresahkan publik dan Pemkot Malang. Lokasi tersebut diantaranya, persimpangan empat Rampal, Kaliurang, Kasin, dan Gadang, dan pertigaan Jalan Semeru.
Atas hal ini, Dinas Sosial sementara hanya mampu mengimbau dengan memasang papan, sebagai upaya mengajak serta masyarakat agar tidak memberi sedekah ke para pengemis. Alasannya, sekali mereka diberi, maka akan menetap dan tumbuh.
Peran aktif masyarakat Kota Malang dalam menangkal arus gepeng dan anak jalanan yang bukan warga asli Kota Malang juga sangat diperlukan dalam mengatasi masalah ini.
Bukan hanya warga, Polres Malang Kota juga melakukan razia gepeng dan anjal, karena banyaknya warga yang resah terkait keberadaan gepeng dan anjal di jalanan.
Anggota Komisi D DPRD Kota Malang, Ribut Harianto, menegaskan, data gepeng dan anjal yang terus merangsek naik membuat komisinya akan memanggil dinas sosial.
“Kita terus lakukan hearing dengan Dinsos soal gepeng dan anjal, disamping penyandang masalah sosial lainnya,” kata Ribut, Senin (6/7).
Selain itu, temuan dilapangan menunjukkan lingkungan pondok sosial (Liponsos) tidak efektif dalam melakukan pembinaan masalah sosial yang menjangkiti kota pendidikan ini.
Liponsos yang dibangun dengan anggaran yang cukup tinggi selama ini hanya dipakai untuk tempat transit para gepeng dan anjal.
“Masalah liponsos juga akan kita tanyakan kepada Dinas, ini adalah koreksi agar kedepan liponsos bisa bermanfaat sebagaimana mestinya,” beber dia.
Bahkan, bila perlu, dewan akan melakukan sidak, guna memantau fungsi liponsos sesungguhnya, seperti laporan yang masuk ke meja DPRD.
Sementara itu, guna mengatasi gepeng dan anjal, Dinsos mengaku sudah melakukan penertiban besar-besaran, termasuk momen jelang Idul Fitri.
Kepala Dinsos, Sri Wahyuni, menegaskan, langkah antisipasi itu, diharapkan mampu menekan lonjakan jumlah Gepeng dan Anjal serta mengganggu kedapatan arus lalu lintas.
“Kita sering melakukan operasi, pada bulan April lalu, penertiban secara kontinyu sudah dilakukan, maka untuk penertiban serupa akan dilakukan pada beberapa bulan ke depan, yakni akhir Juni dan awal Juli.
“Cara ini kami harap ampuh menekan peningkatan jumlah Gepeng dan Anjal,” beber Sri Wahyuni
Selain itu, pihaknya juga melakukan koordinasi dengan Satpol PP Kabupaten Malang. Sehingga, pelaksanaan bisa berjalan lancar dan pendataan bisa dilakukan secara menyeluruh.
Penertiban akan dimaksimalkan di beberapa titik wilayah perbatasan. Seperti, Lawang dan Singosari serta wilayah Kepanjen.
“Sengaja wilayah perbatasan dijadikan sasaran penertiban, karena di lokasi tersebut biasa menjadi jujugan Gepeng dan Anjal, yang sebenarnya dari kabupaten dan kota tetangga. Makanya, beberapa lokasi itu yang akan dilakukan penertiban,” imbuhnya.
Menanggapi Gepeng dan Anjal drop-dropan, temuan Dinsos mendapati mereka sudah sewa kost di sekitar kawasan yang biasa dijadikan tempat bekerja atau mengais rezeki.
“Ada juga yang harus pulang-pergi dari rumah menuju ke lokasi biasa kerja,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh: