Jakarta, Aktual.com — Harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional mulai meroket. Tak terkecuali di pasar tradisional Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Harga cabai rawit bahkan menyaingi harga daging, yang menembus Rp 100.000 per kilogram. Tak ayal, hal tersebut sangat dikeluhkan pembeli.
“Silakan cek saja di pedagang lainnya, rata-rata sama menjual Rp10.000 per ons (Rp 100.000 per kilogram), bahkan ada yang sampai Rp12.000 per ons. Seminggu ini harga cabai rawit memang naik tinggi,” kata Romlah, salah seorang pedagang, di pasar tersebut Senin (31/8).
Pantauan di sejumlah pasar, pedagang menjual Rp100.000 per kilogram. Supaya pembeli tidak merasa berat membeli, pedagang menjual cabai rawit per bungkus kecil Rp10.000 dengan berat satu ons. Bahkan ada pedagang yang bersedia melayani pembeli yang hanya membeli Rp5000 untuk setengah ons cabai rawit.
Seperti biasa, melonjaknya harga cabai disebabkan berkurangnya pasokan sehingga stok berkurang. Pedagang di Pasar Keramat biasanya membeli cabai rawit dari pedagang besar yang mendatangkan cabai dari Jawa.
Kondisi kali ini sedikit berbeda karena pedagang memilih membeli cabai dari petani lokal. Namun karena ketersediaannya masih terbatas sehingga harga pun tetap melambung tinggi.
“Ini sebagian cabai rawit lokal. Cabai yang didatangkan dari Jawa banyak rusak jadi kami sekarang membeli dari petani lokal,” kata Romlah.
Berkurangnya pasokan dari petani lokal diduga dampak kemarau yang masih melanda daerah tersebu. Imbasnya, panen cabai rawit tidak sebanyak biasanya dan cabainya juga sebagian rusak karena kekeringan.
Lisa, salah seorang pembeli mengeluhkan tingginya harga cabai rawit. Meski bukan makanan utama, namun kenaikan cabai ini tetap memberatkan bagi yang membeli.
“Saya kebetulan penyuka pedas jadi tiap makan biasanya bikin sambal. Kalau harga naik tinggi seperti sekarang, tentu memberatkan. Apalagi bagi pengusaha kuliner, kenaikan harga cabai yang sangat tinggi ini akan sangat terasa,” kata Lisa.
Artikel ini ditulis oleh: