Gunung Kidul, Aktual.com – Sikapi kekeringan di kawasan Gunung Kidul, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, harapkan pihak swasta beri bantuan membuat tempat penampungan air dan bukan memasok air saja.
Kepala Dinsosnakertrans Gunung Kidul Dwi Warna Widinugraha mengakui di beberapa titik di Gunung Kidul memang belum memiliki tempat penampungan air, seperti di wilayah Semin.
“Ke depan, kami dorong pihak swasta untuk membantu dalam bentuk pembangunan penampungan air,” kata Dwi, di Gunung Kidul, Minggu (18/10).
Sampai saat ini, bantuan ribuan tangki air sudah disalurkan kepada masyarakat yang dilanda kekeringan. Dinsosnakertrans mencatat ada sekitar 2000 tangki lebih dari pihak swasta. “Jumlah itu bisa lebih karena yang tidak melalui kami juga banyak,” kata dia.
Ribuan tangki diserahkan hampir seluruh kecamatan di Gunung Kidul. Saat kemarau hampir semua wilayah terdampak kekeringan. Pihaknya sudah menghabiskan dana sekitar Rp500 juta untuk droping air.
“Seluruh wilayah sudah terdampak kekeringan. Untuk itu, kami mendorong pihak swasta untuk ikut membantu bantuan air karena kalau hanya mengandalkan dari kami jelas tidak bisa sekaligus menjangkau,” katanya.
Untuk meringankan masyarakat JNE Yogyakarta memberikan bantuan air sebanyak 140 tangki kepada masyarakat Tanjungsari dan Panggang.
Kepala JNE region Jawa Tengah Marsudi mengatakan bantuan ini merupakan respon dari perusahaannya untuk membantu masyarakat yang mengalami kekeringan. “Bantuan ini sebagai bentuk tanggung jawab sosial JNE dalam meningkatkan kesejahraan sosial kemasyarakatan,” katanya disela pemberian bantuan.
Ia menambahkan dengan bantuan ini diharapkan kebutuhan masyarakat layak konsumsi bisa terpenuhi selama musim kemarau. “Sasaran bantuan air bersih bak penampungan air bersih, warga kurang mampu, sekolah dan tempat ibadah,” katanya.
Warga Dusun Gatak 1, Kecamatan Tanjungsari, Martini mengatakan hujan yang berakhir pada pertengahan Mei membuat ratusan penduduk sekitar yang sebagian besar berprofesi sebagai petani menjual hasil pertanian dan hewan ternak untuk membeli air.
Ia mengatakan di wilayahnya tidak bisa dibangun karena memang kondisi geografisnya yang berada diperbukitan karst. Selain itu, PDAM yang diharapkan warga pun nyaris tidak masuk wilayah ini yang memang sangat jauh dari sumber air. “Jauh dari sumber air, kami hanya mengandalkan membeli dan bantuan dari pemerintah,” katanya.
Bantuan dari pemerintah yang disalurkan melalui Dinsosnakertrans belum bisa mencukupi kebutuhan masyarakat. Ia pun rela menjual sebagian ternaknya untuk membeli air. “Kalau bantuan dari pemerintah hanya mendapatkan empat jerigen karena satu tangki dibagikan kepada puluhan warga,” ucapnya.
Artikel ini ditulis oleh: