Jakarta, Aktual.com — Setiap tanggal 13 Oktober, di seluruh dunia diperingati sebagai hari ‘World Thrombosis Day’. Oleh sebab itu, guna memperingati hal tersebut, PT.Bayer Indonesia mendukung gerakan tersebut dengan menyebar luaskan informasi mengenai bahaya dari Trombo Emboli Vena (VTE-Venous Thrombo Embolism).
Dalam hal ini, Profesor. Dr.dr.Karmel Lidow Tambunan SpPD,K-HOM, selaku Ketua Perhimpunan Trombosis Hemostatis Indonesia (PTHI) menjelaskan, bahwa trombosis merupakan penyebab kematian utama di Indonesia karena menjadi penyebab dari berbaagai penyakit mematikan seperti stroke dan penyakit jantung.
“Sepuluh penyebab kematian utama yang menduduki peringkat pertama di Indonesia adalah stroke (11,8%) dan urutan ketiga adalah jantung (8,7%). Sebesar 80-85% stroke adalah stroke iskemia yang disebabkan trombosis dan 70% penyakit jantung juga karena trombosis. Bila kita jumlahkan, kematian stroke 80% karena trombosis dan kematian jantung 70% karena trombosis sehingga dapat kita simpulkan bahwa trombosis merupakan penyebab kematian utama di Indonesia,” demikian tutur dokter Karmel, dalam Diskusi ‘Waspadai Darah Beku’ di Hotel Double Tree Hilton, Jakarta Pusat, Selasa (20/10)
Dr.Karmel menjelaskan, yang dimaksud dengan trombosis yaitu, proses pembentukan darah beku.
“Trombosis adalah proses pembentukan darah beku pada jantung atau pembuluh darah makhluk hidup,” katanya lagi menjelaskan.
Selanjutnya, Dr.Karmel memaparkan, bahwa trombosis terjadi akibat gangguan keseimbangan antara faktor koagulan, antikoagulan, dan fibrinolisis. Trombosis vena dalam atau DVT pada umumnya terjadi pada kaki, tetapi dapat juga terjadi pada vena lainnya. Gejala VTE pada kaki dapat berupa kaki bengkak, perubahan warna, sakit atau nyeri sampai fungsinya berkurang.
“Faktor risiko VTE bersifat multifaktorial seperti umur, jenis kelamin, kehamilan, faktor genetik, trombofilia, obesitas, kebiasaan merokok, kanker, diabetes mellitus, dan hipertensi. Selain itu, faktor terpapar atau pencetus seperti operasi, stroke, infeksi paru, infark jantung, inflamasi serta gaya hidup yang menetap pada posisi tertentu seperti berbaring lebih dari 3 hari, duduk lebih dari delapan jam pada satu posisi tertentu yang dikenal dengan ‘economy class syndrome’,” urainya menerangkan.
“Antikoagulan adalah landasan terapi untuk pencegahan dan pengobatan bekuan darah yang berpotensi mematikan, tapi saat ini masih banyak digunakan terapi yang lebih tua sehingga tidak mendapatkan pengobatan yang optimal,” kata ia menutup pembicaraan.
Artikel ini ditulis oleh: