Presiden kelima Indonesia Megawati Soekarnoputri, menerima buku "Revolusi Pancasila" dari Penulis buku Yudi Latif, saat hadir dalam seminar nasional dan bedah buku Revolusi Pancasila di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa (27/10). Buku Revolusi Pancasila merupakan karya Yudi Latif yang bercerita mengenai gagasan mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com — Peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober dinilai sebagai peristiwa yang sudah berlalu, sehingga yang diperlukan dalam memaknainya adalah mengambil api dari semangat itu, bukan abunya.

Demikian disampaikan Cendekiawan Yudi Latif dalam acara bedah buku karyanya yang berjudul ‘Revolusi Pancasila’ di Gedung JCC, Senayan, Selasa (27/10).

“Jadi selama ini, upacara tetapi tidak pernah menangkap apinya itu. Api Sumpah Pemuda adalah semangat membangun bangsa dan merawat kemajemukan, semangat dari keragaman itu dari bentuk warga bangsa dan isi dari pada semangat kewargaan yang mengikat keragaman itu, yakni nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila,” ucap Yudi.

Meski peristiwa sumpah pemuda sudah berlalu, sambung Yudi, tetapi pada titik ini mimpi kebangsaan yang dicanangkan oleh Sumpah Pemuda diisi dengan substansi kebangsaan yaitu Pancasila.

Oleh karena itu, selama ini sering sekali masyarakat berfikir pragmatis dalam memperingati Sumpah Pemuda, sehingga isi mental yang diinginkan dalam sumpah pemuda sebenarnya tidak dipahami betul.

“Nilai dari isi mental itu adalah Pancasila, karena itu semangat kepemudaan mestinya bagaimana imajinasi kebangsaan itu diperkuat dengan menanamkan membudayakan nilai bersama sebagai sebuah bangsa,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang