Jakarta, Aktual.com — Gangguan pendengaran pada anak dan bayi bisa terjadi pada proses kehamilan yang mayoritas akibat adanya beberapa penyakit. Faktaini ditemukan pada tiga bayi dari 1.000 kelahiran.

“Biasanya sering karena penyakit toksoplasma, rubella, sipilis atau raja singa,” kata Dokter Spesialis Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) RSUD Dr.Soetomo Surabaya, dr Artono Sp THT KL di Surabaya, Minggu (23/11).

Ia mengatakan, jumlah yang ditemukan oleh tim dokter RSUD dr. Soetomo juga dapat meningkat hingga tiga kali lipat saat kelahiran, yaitu ketika ibu menjalani tindakan medis akibat persalinan tidak normal.

“Selain disebabkan penyakit pada saat hamil, seperti mengalammi infeksi TORCH yaitu Toksoplasma, Rubela, Sitomegalovirus, Herpes, juga dikarenakan beberapa faktor seperti Lahir belum cukup bulan (prematur),” tuturnya.

Selain itu, lanjutnya bayi yang mengalami gangguan pendengaran juga terdapat kelainan anatomi pada wajah, kadar bilirubin darah yang tinggi (hiperbilirubinemia), sehingga membutuhkan transfusi tukar, serta di dalam keluarga terdapat penderita tuli sejak lahir.

“Penyebab penyakit toksoplasma adalah parasit dengan nama Toxoplasma gondii yang umumnya hidup pada binatang mamalia seperti anjing dan kucing, sedangkan penyakit rubela disebabkan infeksi yang dapat dikenali dengan adanya ruam pada bagian tubuh, nyeri otot, demam dan adanya pembesaran getah bening,” ujarnya.

Sedangkan penyakit Sitomegalovirus disebabkan virus cytomegalo dan penyakit Herpes dikarenakan infeksi dan bisa menyerang alat kelamin. Tanda dari seseorang terinfeksi penyakit Herpes ini adalah keputihan atau muncul bintik pada alat kelamin.

“Pendeteksian kerusakan koklea ini bisa dilakukan sejak bayi baru lahir. Selama ini kami sudah melakukan 100 kali implan koklea sejak 2008 yang dilakukan di poli implan,� terangnya.

Ia menmabahkan, kerusakan pendengaran yang terjadi pada organ telinga luar (daun telinga) dan telinga tengah (gendang telinga) masih dapat ditolong dengan alat bantu dengar, sedangkan kerusakan pada organ telinga dalam (koklea), hanya dapat ditolong dengan implantasi.

“Implan ini ditempatkan melalui bedah, tepat di belakang telinga yang terdiri dari rumahan tahan lama sebagai antena penerima dan magnet. Rangkaian elektroda dipasang dengan lembut ke dalam rumah siput (koklea), kemudian prosesor Audio dipasang di telinga,” jelasnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, solusi operasi implan koklea menjadi temuan alat terbaru yang lebih lentur dan mengurangi resiko merusak rambut telinga, namun harga alatnya mencapai 16 ribu dolar AS sampai 35 ribu dolar AS.

Artikel ini ditulis oleh: