Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kiri), dan Menteri ESDM Sudirman Said (kanan) berbincang dengan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto (kiri) saat mengunjungi Kilang Donggi-Senoro LNG seusai meresmikan Mega Proyek Pertamina Terintegrasi di Banggai, Sulawesi Tengah, Minggu (2/8). Mega proyek yang merupakan proyek hulu hingga hilir minyak dan gas bumi tersebut yaitu fasilitas produksi lapangan gas Senoro SKK Migas JOB Pertamina Medco E&P Tomori Sulawesi, pengapalan perdana kargo PT Donggi-Senoro LNG, pengoperasian lapangan gas GG Pertamina Hulu Energi ONWJ, groundbreaking pabrik Amonia PT Panca Amara Utama. ANTARA FOTO/Ismar Patrizki/ed/NZ/15.

Jakarta, Aktual.com — Pemerintah merencanakan pembangunan empat kilang minyak berkapasitas total 668.000 barel per hari (BPH) dengan perkiraan nilai investasi 23,6 miliar dolar AS.

Data Kementerian ESDM yang diperoleh di Jakarta, Jumat (27/11), menyebutkan, keempat kilang pengolahan minyak mentah menjadi BBM tersebut masing-masing berlokasi di Medan, Sumut; Bontang, Kalimantan Timur; Cilacap, Jawa Tengah; dan Tuban, Jawa Timur.

Menurut data tersebut, kilang di Medan direncanakan berkapasitas pengolahan 6.000 barel minyak mentah per hari dengan operator PT Indo Kilang Prima.

Kilang di Medan diperkirakan menelan investasi sekitar 200 juta dolar AS dengan sumber pasokan minyak mentah (crude) berasal dari domestik.

Sesuai rencana, tahap konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC) dan produksi kilang di Medan itu dilakukan pada periode 2016-2020.

Selanjutnya, kilang di Bontang direncanakan berkapasitas pengolahan 300.000 barel per hari dengan operator PT Pertamina (Persero).

Perkiraan nilai investasi kilang Bontang yang “crude”-nya bersumber dari impor tersebut adalah 10 miliar dolar AS.

Pada periode 2016-2020, kilang Bontang dijadwalkan memasuki tahap EPC dan kurun 2021-2025 dilanjut EPC sekaligus produksi.

Lalu, kilang di Cilacap dengan kapasitas pengolahan 62.000 barel per hari akan dibangun Pertamina.

Nilai investasi kilang Cilacap diperkirakan 1,4 miliar dolar AS dengan sumber “crude” dari impor.

Kilang Cilacap ditargetkan memasuki tahap produksi pada kurun 2016-2020.

Terakhir, kilang di Tuban berkapasitas 300.000 barel per hari dengan perkiraan investasi 12 miliar dolar AS.

Kilang Tuban yang dibangun konsorsium Pertamina dan Saudi Aramco itu ditargetkan memasuki tahap EPC pada periode 2016-2020 dan dilanjut EPC serta produksi pada kurun 2021-2025.

Setelah keempat kilang itu beroperasi, kapasitas kilang minyak di Indonesia pada 2025 akan meningkat menjadi 1,837 juta barel per hari.

Saat ini, Indonesia memiliki sembilan kilang pengolahan minyak yang beroperasi dengan total kapasitas 1,169 juta barel per hari.

Kesembilan kilang tersebut adalah pertama, kilang yang berlokasi di Dumai, Riau dengan kapasitas pengolahan minyak mentah 177.000 barel per hari.

Operator kilang Dumai adalah Pertamina dengan sumber “crude” dari domestik.

Kedua, kilang di Plaju, Sumsel dengan kapasitas 127.300 barel per hari yang dioperasikan Pertamina. Sumber “crude” dari domestik.

Ketiga, kilang di Balongan, Jabar berkapasitas 125.000 barel per hari dengan operator Pertamina dan sumber “crude” dari domestik.

Keempat, kilang di Cilacap, Jateng berkapasitas 348.000 barel per hari dengan operator Pertamina dan sumber “crude” dari impor.

Kelima, kilang di Cepu, Jateng dengan kapasitas 3.800 barel per hari milik Pusdiklat Migas Cepu dan sumber “crude” dari domestik.

Keenam, kilang milik PT Triwahana Universal di Cepu, Jateng berkapasitas 18.000 barel per hari dengan sumber “crude” dari domestik.

Ketujuh, kilang milik PT TPPI di Tuban, Jatim berkapasitas 100.000 barel per hari dengan pasokan minyak dari domestik.

Kedelapan, kilang di Balikpapan, Kaltim berkapasitas 260.000 barel per hari dengan operator Pertamina dan pasokan “crude” dari domestik serta impor.

Terakhir, kilang di Sorong, Papua milik Pertamina berkapasitas 10.000 barel per hari dengan sumber “crude” dari domestik.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan