Jakarta, Aktual.com — Harga minyak berakhir di tingkat terendah mereka sejak Februari 2009 pada Selasa (8/12) pagi WIB, karena pasar terus terayun-ayun oleh penolakan OPEC untuk mengurangi produksinya pada pertemuan pekan lalu.

Kontrak Januari untuk minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI), patokan AS, jatuh 2,32 dolar AS menjadi ditutup pada 37,65 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, turun 5,8 persen.

Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari, berakhir di 40,73 dolar AS per barel, turun 2,27 dolar AS dari tingkat penutupan Jumat lalu.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) — yang memproduksi sekitar 40 persen dari minyak mentah dunia — memutuskan pada Jumat menolak pengurangan produksi untuk menaikkan harga.

Ke-13 negara anggota OPEC tidak mengambil tindakan untuk menopang pasar dan para pengamat mengatakan tampak menjadi berantakan.

“Keputusan oleh anggota OPEC untuk mempertahankan hasil produksi minyak pada tingkat tinggi telah mengakibatkan harga minyak anjlok lagi,” kata Sanjiv Shah, direktur investasi Sun Global Investments.

Dia menambahkan bahwa keputusan “menunjukkan bahwa organisasi itu secara efektif meninggalkan strategi jangka panjangnya membatasi produksi dan bertindak sebagai kartel, mengakibatkan tekanan lebih besar pada harga minyak dalam jangka pendek”.

Negara-negara OPEC saat ini memproduksi sekitar 32 juta barel per hari, di atas target sebelumnya 30 juta barel. Kartel tidak menetapkan pagu produksi baru pada Jumat lalu dan mengatakan dalam sebuah komunike bahwa anggota “akan terus memonitor perkembangan dalam beberapa bulan mendatang.” Dengan anggota OPEC Iran diperkirakan melanjutkan ekspor yang cukup besar pada tahun depan, harapan tinggi bahwa kartel akan menurunkan pasokan.

Tapi sekarang OPEC telah menunda penilaian ulang produksi mereka untuk pertemuan berikutnya pada 2 Juni 2016.

“Harga minyak mentah tidak diragukan lagi tertekan oleh tidak adanya kesepakatan dalam OPEC, menandakan bahwa kelebihan pasokan akan bertahan lebih lama,” kata analis Bernard Aw di IG Markets di Singapura.

Sementara itu, para pedagang mengalihkan fokus merek ke keputusan tingkat suku bunga Federal Reserve AS pada 16 Desember.

“Sementara semua mata sekarang tertuju ke Federal Reserve yang akan bertemua minggu depan untuk pertemuan kebijakan terakhir tahun ini, guna memutuskan apakah akan menaikkan suku bunga acuannya, data ekonomi dari Tiongkok akan mengatur nada harga dalam minggu-minggu mendatang,” kata analis EY Sanjeev Gupta.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan