Jakarta, Aktual.co —Hubungan antar dua negara, Brazil – Turki merenggang. Menyusul disahkannya Undang-Undang oleh senat di Brazil yang mengakui pembunuhan massal orang-orang Armenia oleh pasukan Utsmaniyah (Ottoman) dalam Perang Dunia I sebagai genosida.
Senat Brazil mengensahkan resolusi itu pada 2 Juni dan bergabung bersama lebih 20 negara lainnya yang secara resmi mengakui pembunuhan massal orang-orang Armenia sejak 1915 sebagai pemusnahan suku bangsa.
Kementerian Luar Negeri Turki menjawab sikap Brazil dengan memanggil pulang Dubes Turki untuk Brazil Huseyin Dirioz, Senin (8/6) lalu
Kemenlu Turki menganggap resolusi itu “menyimpangkan fakta-fakta sejarah dan mengabaikan hukum”.
Lewat pernyataan resminya, pihak Turni menilai keputusan politik Brazil diambil karena pengaruh lobi Armenia. “Itu tidak dapat mengubah fakta-fakta sejarah maupun norma hukum,” kata Kemenlu Turki dalam surat pernyataannya.
Selain menarik pulang dubesnya, Kemenlu Turki juga memanggil duta besar Brazil di Turki untuk Turki untuk meminta penjelasan atas penggunaan kata genosida dalam resolusi tersebut.
Pemanggilan dubes Turki untuk Brazil itu merupakan langkah paling terbaru oleh Ankara, yang mengambil sikap ofensif diplomatik dalam beberapa bulan terakhir. Dengan tujuan mencegah parlemen-parlemen mengakui pembunuhan sebagai genosida untuk peringatan ke-100 tahun tragedi tersebut.
Turki juga menarik para dubesnya dari Luxembourg dan Austria setelah dua negara itu mengakui pembunuhan massal tersebut genosida beberapa pekan sebelum peringatan pada 24 April.
Sebelumnya, Armenia dan diaspora Armenia menyatakan hingga 1,5 juta nenek moyang mereka dibunuh oleh pasukan Ottoman untuk menghapus rakyat Armenia dari Anatolia, yang sekarang wilayah bagian timur Turki.
Turki mengatakan ratusan ribu orang Turki dan Armenia meninggal ketika pasukan Ottoman bertempur melawan pasukan Kekaisaran Rusia untuk menguasai bagian timur Anatolia dalam Perang Dunia I.
Artikel ini ditulis oleh: