Jakarta, Aktual.com — Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Namun, saat ini kita sebagai pengguna media sosial (Facebook, Twitter, dan sebagainya) mulai kecanduan. Seringkali, kita khususnya seorang Muslim berinterkasi dengan lawan jenis dengan curhat secara pribadi, baik itu meminta doa, menyikapi masalah, dan sebagainya. Bolehkah hal itu dilakukan oleh seorang Muslim menurut kaidah Islam, dan apa dampaknya?.
“Seorang Muslim jika berdoa dengan niat ingin diperhatikan orang lain atau ingin menarik perhatian, maka sudah jelas itu bertentangan dengan hukum Islam,” kata Ustad Syarif Hidayatullah, S.Pd, kepada Aktual.com, di Jakarta, Rabu (27/01).
Dalam Al Quran pun telah dijelaskan bahwa jika seorang Muslim ingin berdoa harus dengan niat ikhlas, bukan kerena ada niat lainnya.
هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ ۙ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَٰذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
Artinya, “Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): “Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan Kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.”(QS.Yunus : 22)
“Maka, umat Islam jangan sekali-kali berdoa di media sosial, karena itu berpotensi menimbulkan riya. Jangan berperilaku seperti Yahudi yang mana mereka berdoa dan curhat di ‘Dinding Ratapan’. Jangan jadikan media sosial menjadi sebua ‘Dinding Ratapan’ seperti Yahudi! Ingat Kita Muslim, Islam sudah memandu cara kita mengadu, curhat, dan berdoa yaitu hanya kepada Allah SWT bukan kepada yang lain,” tutur Ustad Syarif menegaskan.
Menurut ia, jika terbiasa melakukan hal tersebut dapat menyebabkan beberapa hal yang tidak diinginkan. Tanpa kita sadari dengan kebiasaan sepele seperti itu kita telah melakukan tujuh kesalahan yaitu:
1. Membuka aib diri sendiri dan orang lain
“Niat untuk berceloteh ringan dan bebas dengan gaya penulisan masing-masing terkadang akhirnya menggiring kita untuk membuka aib diri sendiri. Tidak menutup kemungkinan juga akhirnya kita bisa membuka aib pasangan, keluarga, sahabat, maupun orang lain yang tidak kita kenal sekalipun.”
2. Memicu perselisihan
“Sudah banyak kasus seperti perceraian, permusuhan, bahkan tindakan kriminal yang dimulai dari media sosial. Ranah virtual yang dapat melahirkan multi persepsi bisa membuat kemungkinan ini semakin besar. Oleh karena itu hendaknya kita lebih bijak lagi untuk berceloteh.”
3.Tendensi riya dan sombong
“Curahan hati akhirnya bisa berujung pada keinginan untuk pamer atau riya. Umumnya orang ingin menampilkan yang terbaik jika ingin dilihat oleh orang lain. Tujuannya, hanya ingin mendapatkan pujian. Akhirnya sifat sombong perlahan lahir dan mendarah daging. Naudzubillahimindzalik.”
4.Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat
“Bercerita hangat yang biasanya dilakukan dengan suami, keluarga, atau sahabat akhirnya beralih pada bercerita lepas di media sosial. Akhirnya mereka yang seharusnya mendapat porsi perhatian utama menjadi terabaikan. Keasyikan curhat di media sosial membuat hubungan menjadi jauh.”
5.Memicu perilaku bergosip atau bergunjing
“Curhat apalagi mengenai orang lain bisa membuat rasa penasaran bagi yang melihatnya. Jika sudah mulai muncul pertanyaan maka jawaban dinanti oleh sekian banyak orang. Tanpa sadar muncul komentar yang membicarakan keburukan orang lain.”
6.Mencari perhatian yang tidak tepat
“Membuat status di media sosial baik sadar atau tidak memiliki tujuan untuk diperhatikan orang lain. Padahal tidak ada gunanya mendapat simpati dari orang lain. Hanya menjadi ajang memupuk rasa self esteem yang bisa berlebihan dan berakibat fatal.”
7.Membuat silaturahim tidak lagi diperlukan
“Dengan mudahnya kita berceloteh dan “mengenalkan” diri kita ke banyak orang di media sosial, tanpa sadar ini membuat orang lain dapat mengenal kita dengan mudah. Jika sudah begini, perkenalan silaturahim tatap muka secara konvensional seakan tidak diperlukan.”
Terakhir, Ustad Syarif menegaskan, Islam tidak melarang menggunakan media sosial. Akan tetapi kita sebagai seorang Muslim bisa lebih bijak menggunakan media soasial tersebut. Seperti menanamkan nilai-nilai positif atau berdakwah dan tempat bertukar fikiran dengan teman atau keluarga yang berada jauh dari kita.
Artikel ini ditulis oleh: