Jakarta, Aktual.com — Bencana alam memang tidak pernah bisa diramalkan secara pasti oleh manusia. Salah satu ‘kemarahan alam’ yang paling tidak dapat diprediksi yaitu, gempa bumi. Salah satu penyebab gempa bumi yakni, pergeseran lempengan permukaan Planet Bumi. Terkadang pergeseran lempengan tersebut terjadi di dasar laut. Tsunami dapat saja terjadi apabila gempa bumi sudah terjadi.

“Oleh karena itu para ahli gempa mengatakan solusi utama masalah tersebut adalah perbaikan konstruksi bangunan dan langkah antisipasi pemerintah untuk mempersiapkan masyarakatnya menghadapi gempa. Akan tetapi benarkah gempa semata-mata hanya merupakan peristiwa alam biasa?,” kata Ustad Syarif Hidayatullah kepada Aktual.com, Kamis (03/03), di Jakarta.

Allah SWT berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Artinya, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah SWT memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”(Asy-Syura : 30).

Allah SWT berfirman,

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا

وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا

وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا

يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا

بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا

Artinya, “Apabila Bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.”

“Dari ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya musibah yang terjadi di muka Bumi ini adalah disebabkan oleh manusia, namun hal tersebut telah ditetapkan terjadinya oleh Allah SWT dalam Lauhul Mahfudz. Oleh karena itu, tidaklah gempa atau bencana alam yang lain dapat terjadi dengan sendirinya sebagaimana perkiraan para ahli yang tidak beriman pada Allah SWT dan takdir-Nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,” katanya lagi.

Hamba yang beriman kepada Allah SWT dan Kitab-Nya tentu akan merenungi secara mendalam ayat pertama di atas. Bencana yang datang hampir beruntun di negara kita tentunya juga merupakan “hasil perbuatan tangan kita”.

Betapa banyak kemaksiatan yang muncul akhir-akhir ini. Baik itu kemaksiatan yang memang sudah dikenal orang awam sebagai suatu keburukan, seperti pembunuhan, perzinaan, atau korupsi yang semakin parah dan merajalela atau pun kemaksiatan yang hanya diketahui oleh orang-orang yang berilmu saja akibat kesamaran yang menutupinya.

“Ketahuilah bahwa saya tidak sedang berburuk sangka dan pesimis terhadap negeri dan masyarakat saya sendiri. Coba bandingkan keadaan negeri kita sekitar 20 tahun silam dengan negeri kita sekarang, jauh berbeda bukan?. Walaupun hati ini pilu, seakan hancur tersayat-sayat mengikuti berita musibah yang demikian bertubi-tubi dan silih berganti. Saya masih bersyukur karena dapat menyaksikan sinar harapan yang tetap bercahaya bersama terbitnya mentari di setiap pagi hari,” katanya lagi.

“Bagaimana saya tidak bersyukur, walau kemaksiatan dan kemungkaran telah begitu meraja lela akan tetapi Allah SWT masih sudi menerima tebusan dari kita yang terwujud dalam bencana alam. Andai Allah SWT talah menutup pintu harapan dari negeri kita, niscaya Allah SWT akan menunda semua musibah ini hingga di akhirat, dan hanya siksa nerakalah yang menanti kita. Mungkinkah Anda mengharapkan kemungkinan ini yang menimpa negeri dan masyarakat Anda ?,” lanjut ia menambahkan.

Ini menjadi sebagian dari hikmah yang dapat kita petik dari sikap Rasulullah SAW yang senantiasa memuji Allah SWT, walaupun ditimpa kesulitan. Sahabat ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha mengisahkan. Dahulu Rasulullah SAW bila mendapatkan hal yang Beliau sukai Beliau mengucapkan,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

Artinya, “Segala puji hanya milik Allah Yang atas karunia-Nya segala kebaikan dapat terwujud.”

Dan bila mendapatkan hal yang tidak beliau sukai beliau berkata,

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

Artinya, “Segala puji hanya milik Allah atas segala keadaan yang menimpa.” (HR. Ibnu Majah)

“Semoga bencana yang bertubi-tubi dan musibah yang silih berganti ini telah mengobarkan semangat dalam jiwa saudara sekalian untuk berjuang merintis perubahan. Hanya dengan perjuangan saudara-saudara sekalianlah negeri kita akan kembali makmur dan diselimuti oleh kemakmuran, kerahmatan dan kedamaian.”tuturnya

Allah SWT berfirman,

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya, “(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al Anfal: 53)

Dan, Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْمُنْكَرَ لاَ يُغَيِّرُونَهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابِهِ. رواه أحمد وابن ماجة وصححه الألباني

Artinya, “Sesungguhnya masyarakat bila mengetahui suatu kemungkaran lalu mereka tidak merubahnya, maka tidak lama lagi Allah akan menimpakan hukuman kepada mereka semua.”(HR. Ahmad, Ibnu Majah).

“Ketahuilah bahwasannya kunci perubahan negeri Anda ada di tangan Anda, bagaimana dan kapan kah Anda menggunakan kunci itu, sehingga negeri Anda menjadi negeri yang penuh dengan kerahmatan dan kedamaiaan?. Kapan lagi bila bukan sejak sekarang ?. Tegakkanlah nahi mungkar dan sebarkanlah yang maruf, niscaya bencana dan musibah yang selama ini setiap menemani negeri kita akan menyingkir,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh: