Jakarta, Aktual.com — Epilepsi merupakan penyakit neurologi di mana dapat terjadi terhadap siapa saja dan kapan saja. Penderita dengan epilepsi (ODE) bisa menjalani hidup yang sehat dan produktif apabila mereka mendapat dukungan dalam mengelola epilepsi mereka, baik itu melalui pengobatan maupun dukungan moral, yakni melalui dukungan dari keluarga dan orang-orang yang dicintai.
Namun, bagi seorang yang mengidap epilepsi, pemberian obat secara teratur sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Namun sayang, beberapa jenis obat murah belakangan ini sulit untuk didapatkan. Hal tersebut dijelaskan oleh dr Irawati Hawari, SpS, Ketua Yayasan Epilepsi Indonesia (YEI).
“Obat untuk penderita epilepsi, terutama obat generik jenis fenobarbital dan carbamazepine. Sudah dua tahun terakhir sering dilaporkan kosong,” ujar dokter Ira saat ditemui pada Seminar Media bertajuk ‘Penyandang Epilepsi Agar Dapat Mengenali dan Mengembangkan Potensi Dirinya’, di Hotel Le Meredien, Jakarta, Rabu (23/03).
Menurut dokter Ira, Obat tersebut memiliki harga yang tidak murah. Yaitu antara Rp100 hingga Rp500 setiap tabletnya. Untuk pemakaian rutin, per bulan tidak lebih dari Rp10.000. Bahkan dengan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), obat-obat ini sebenarnya bisa didapatkan secara gratis.
Kini, obat-obat tersebut hilang dari peredaran yang membuat pasien epilepsi harus membeli obat lain yang lebih mahal. Apalagi, obat-obatan epilepsi umumnya tidak begitu saja bisa diganti seperti halnya jenis obat untuk penyakit lainnya.
Untuk penderita epilepsi tidak bisa diganti jenis obat yang lainnya. “Seperti, jika sakit kepala. Misalnya, tidak ada parasetamol masih bisa pakai ibuprofen atau lainnya. Namun, berbeda dengan pengidap epilepsi, jika pasien sudah merasa cocok dengan satu obat, tidak bisa diganti-ganti begitu saja,” tegas Ira menambahkan.
Artikel ini ditulis oleh: