Jakarta, Aktual.com — Ustad Muhammad Thohir, S.Pd menerangkan dalam khutbah Jumat-nya di Masjid Al Furqon, Ciputat Tangerang, Jumat (25/03), bahwa umat Islam harus senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benar takwa dan marilah kita menjadi hamba- Nya yang bersaudara. Yaitu bersaudara karena iman yang diwujudkan dengan saling mencintai, kasih sayang, dan tolong-menolong dalam kebenaran serta saling menasihati dan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.
Al-Imam Ahmad dan al-Imam Muslim Rahimahumallah meriwayatkan dengan lafaz yang semakna dari jalan sahabat Abu Hurairah dari Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا، فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلاَّهُ اللهُ أَمْرَكُمْ؛ وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
Artinya, “Sesungguhnya Allah SWT meridhoi untuk kalian tiga hal dan membenci dari kalian dari tiga hal, Allah SWT meridhai kalian agar beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, berpegang kuat dengan agama Allah SWT semuanya (bersatu) dan tidak berceraiberai, serta agar menasihati orang yang Allah SWT telah jadikan sebagai penguasa bagi kalian. (Dan Allah SWT) membenci kalian dari mengatakan (setiap apa yang) dikatakan (kepada kalian), banyak bertanya, dan membuang-buang harta.” (HR. Ahmad dan Muslim).
Lanjut Ustad Thohir, di dalam Hadis yang mulia ini, Nabi Muhammad memberitakan bahwa Allah SWT meridhoi kita untuk memiliki tiga sifat yang dengannya seseorang akan berbahagia di dunia dan akhirat.
Sifat-sifat tersebut adalah, yang pertama yaitu, agar kita memperbaiki akidah dengan memurnikan ibadah hanya untuk Allah SWT dan berlepas diri dari berbagai jenis kesyirikan.
“Ini adalah perkara pertama yang harus diperhatikan. Sebab, akidah merupakan pondasi yang dibangun di atasnya amalan seseorang. Apabila baik akidahnya, akan bernilai sebagai ibadah dan akan bermanfaat amal solehnya. Adapun jika rusak akidahnya, amalannya tidak bermanfaat dan tidak bernilai di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, seluruh Rasul diperintah untuk mengajak pada perbaikan akidah sebelum hal yang lainnya. ”
Setiap Rasul mengatakan,
فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ
Artinya, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selain- Nya.”(al-A’raf : 59).
Perkara kedua, yang Allah SWT ridho terhadap hamba-Nya adalah agar kaum Muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan perpecahan.
“Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Kita tidak boleh berpecah belah dalam akidah dan ibadah serta dalam hal yang berkaitan dengan hukum-hukum agama. Meskipun tidak dimungkiri bahwa berbeda dan berselisih adalah sifat dan tabiat manusia, namun hal tersebut tidak berarti diperbolehkan.”
Allah SWT telah memberikan jalan keluar ketika terjadi perselisihan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya, “Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al- Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.”(an-Nisa : 59).
“Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah dan ibadah yang berbeda-beda. Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan hukum, ini halal dan ini haram dari dirinya sendiri tanpa berdasarkan dalil dan bimbingan Ulama.”
Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kita dilarang untuk mengikuti jalan mereka sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT,
وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ Artinya,
“Dan tidaklah berpecah belah orangorang yang didatangkan al-kitab kepada mereka (Yahudi dan Nasrani) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.”(al-Bayyinah : 4)
Di dalam ayat lainnya, Allah SWT berfirman, artinya, “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.”(Ali-Imran : 105).
Dari ayat tersebut, Muslim juga memahami bahwa perpecahan bukanlah rahmat. Justru perpecahan adalah azab dan akan membuat kaum muslimin saling bermusuhan. Perpecahan akan mencegah kaum Muslimin untuk saling menolong dalam kebaikan.
“Oleh karena itu, yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin agar menjadi umat yang satu, yaitu dengan kembali kepada Al Quran dan Sunah serta mengikuti jalan Rasulullah SAW, baik dalam akidah, ibadah, muamalah, maupun perselisihan yang terjadi di antara mereka.”
Perlu diingat, agama kita adalah agama yang menjaga persatuan dan kebersamaan dalam banyak permasalahan, seperti dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam menjalankan ibadah salat, Haji, berhari raya, dan yang semisalnya. Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang berpecah-belah dalam kelompokkelompok tertentu yang masing-masing bangga dengan kelompoknya serta fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat benar atau salah.
Adapun, perkara ketiga, yang Allah SWT ridhoi untuk kita menjalankannya yaitu menegakkan nasihat terhadap penguasa dengan menaatinya, mendoakan kebaikan untuknya ataupun membantunya untuk kebaikannya dan kebaikan masyarakatnya.
“Penguasa yang dimaksud adalah penguasa muslim yang sah yang memimpin suatu negeri dan memiliki wilayah serta kekuatan, baik dia menjadi penguasa dengan cara dipilih maupun cara yang lainnya. Allah SWT ridho kepada kaum muslimin untuk menaati pemerintah dalam perkara yang ma’ruf serta untuk tidak melanggar aturan yang telah ditetapkannya selama tidak bertentangan dengan syariat Allah SWT.”
Begitu pula orang-orang yang mengemban amanat atau tugas dari penguasa, seperti para pegawai pemerintahan atau yang semisalnya, wajib bagi mereka untuk menjalankan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh baginya untuk memanfaatkan tugas yang diembannya sebagai kesempatan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau orang-orang dekatnya sehingga berlaku tidak adil dan merugikan masyarakat secara umum.
“Perlu dicatat pula bahwa adanya seorang pemimpin muslim bagi suatu masyarakat adalah karunia Allah SWT yang sangat besar. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi apabila suatu negara tidak ada pemimpinnya. Tentu kekacauan, rasa tidak aman, dan ketakutan akan menyelimuti negeri tersebut. Namun, tentu saja seorang pemimpin tidak akan menjadi sebab kebaikan ketika masyarakat tidak mau menaatinya dan menghormatinya. Maka dari itu, sungguh hal ini merupakan prinsip-prinsip yang sangat penting untuk dipahami dan diamalkan.”
Artikel ini ditulis oleh: