Jakarta, Aktual.com — Ustad Hasanudin memberikan nasihat, mulai saat ini Muslim harus mulai membenahi waktu-waktu yang dimilikinya. Dan, mulailah bersahabat dengan waktu tersebut dengan mengisinya dengan kegiatan yang diridhoi Allah SWT.
Menurut ia, jangan sampai Muslim menjadikan waktu tersebut sebagai musuh yang akan menjatuhkannya ke dalam jurang kenistaan seperti menonton tayangan yang tidak jelas manfaatnya, melamun atau berpanjang ‘angan-angan’, mengobrol yang tidak bermanfaat, dan lain-lainnya.
Segeralah beristighfar, dan mulailah berzikir kepada Allah SWT agar langkah kita selanjutnya selalu dituntun-Nya.
“Ingat manusia yang paling beruntung adalah yang paling pandai memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan keabadian. Saya ingat pada abad ke-3 Hijriah ada seorang Qori terkenal bernama Abu Bakr bin Iyyash, ia berkata “Sesungguhnya apabila terjatuh sekeping dirham dari salah seorang yang di antara kalian, pasti saat itu juga dia akan berkata, “Dirhamku hilang.” Namun dia tidak pernah mengatakan, ‘Hari-hariku terbuang dengan segala amal perbuatanku.’ Dari sini saja kita bisa melihat perbedaan antara logika orang yang sadar dengan orang yang lalai,” urai Ustad Hasanudin kepada Aktual.com menjelaskan, di Jakarta, Rabu (13/04).
“Mengapa orang bisa berkata, “Dirhamku (Uangku) hilang.” Namun ketika umur-umurnya berkurang setahun demi setahun, dia tidak berkata, “Umurku hilang, apa yang telah kukerjakan selama ini ?” begitu pula dengan saat ini begitu banyak sikap lalai yang kita saksikan manifestasinya di tengah masyarakat yang tidak menyadari berharganya saat-saat dan hari-hari yang mereka lalui.”
“Mereka memandangnya bagaikan debu yang tidak punya nilai, mereka hanya merasa sedih karena hilangnya materi. Padahal mereka diciptakan untuk beribadah, bukan untuk bersenang-senang dan memperbanyak harta semata. Bukankah generasi Islam yang utama adalah yang memiliki kelebihan dengan mengenal berharganya waktu dan dapat mempergunakannya dengan baik.”
Rasulullah SAW pernah bersabda, ”Ada dua nikmat yang sering disia-siakan, waktu luang dan kesehatan.” Pada kesempatan yang lain, beliau juga pernah berpesan,”Ambillah yang lima sebelum datang lima yang lainnya,…waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu.”
Dua penggal sabda Rasulullah SAW di atas secara tegas memerintahkan umatnya untuk pandai memanfaatkan waktu luang. Setiap manusia memiliki waktu yang sama, tujuh hari dalam satu pekan, 24 jam dalam sehari semalam. Kepandaian setiap orang dalam memanfaatkan jatah waktu yang sama itulah yang akan membedakannya dari orang lain.
Menurut ia, ada orang yang dengan 24 jamnya mampu melakukan 100 kebaikan, sementara ada pula orang yang dengan 24-jamnya hanya mampu melakukan 10 kebaikan. Ada juga orang-orang yang dalam kesehariannya memiliki produktivitas sampai dengan 100 persen.
Masih dari Ustad Hasanudin, ada pula orang-orang yang dalam kesehariannya hanya mampu memiliki produktivitas tidak lebih dari 10 persen. Mengapa bisa demikian? Saya rasa, jawabannya yaitu pemanfaatan waktu. Siapa yang paling pandai memanfaatkan waktunya, dialah yang akan memiliki produktivitas paling tinggi.
“Marilah mulai saat ini kita benahi waktu kita sebelum terlambat karena ketahuilah, kehidupan dunia hanya sementara. Ibarat seperti seorang pengembara yang berjalan dan singgah di suatu tempat, niscaya dia akan kembali ke tempat asalnya. Dan seluruh perhiasan dunia dan kelezatannya adalah amanah Allah SWT yang harus ditunaikan dengan baik,” kata ia menambahkan.
“Seharusnya digunakan untuk ketaatan, bukan kemaksiatan. Dengan berbekal amal soleh dan kebajikan di dunia ini adalah suatu kemestian, sebagai persiapan sebelum datang hari yang tiada guna lagi penyesalan. Dan ingat harta yang kita miliki hanyalah pinjaman dari Allah SWT, karena pada hakikatnya seorang insan akan ditanya kelak pada hari Kiamat tentang waktu dan hartanya,” kata ia menutup pembicaraan.
Artikel ini ditulis oleh: