Jakarta, Aktual.com — Melanjutkan pemberitaan Aktual.com sebelumnya terkait Bulan Suci Ramadhan, Ustad Hasanudin, LC, Jumat (29/04) di Jakarta, menerangkan, bahwa persiapan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam menyambut Ramadhan, biasanya Nabi Muhammad SAW tak hanya bersifat jasmani. Melainkan menggabungkan jasmani dan rohani mengingat pelaksanaan puasa wajib di bulan tersebut.
Dalam mempersiapkan jasmani biaasanya Rasulullah SAW melakukan puasa Senin dan Kamis. Yang mana diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahawasanya Rasulullah SAW sentiasa puasa Senin dan Kamis. Dikatakan kepada Beliau, “Wahai Rasul, Engkau sentiasa puasa Isnin dan Khamis.” Beliau menjawab, “Sesungguhnya pada setiap hari Isnin dan Khamis Allah SWT mengampuni dosa setiap Muslim, kecuali dua orang yang bermusuhan. Allah berfirman, ‘Tangguhkanlah keduanya sampai keduanya berdamai’.”(HR. Ibnu Majah).
Dan, dalam mempersiapkan rohani, Rasulullah SAW biasanya mempersiapkan dengan cara membiasakan salat tahajud setiap malam serta berzikir setiap waktu dan kesempatan. Bahkan, salat tahajud yang hukumnya sunah bagi kaum Muslimin menjadi wajib bagi pribadi Rasulullah SAW.
Diriwayatkan oleh Aisyah RA yang bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai pembiasaan salat tahajud, padahal dosa-dosa Beliau telah diampunkan oleh Allah SWT, Rasulullah SAW menjawab dengan nada yang sangat indah, “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang pandai bersyukur ?.”
Dan saat memasuki bulan Syaban, Rasulullah SAW meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah puasa, qiyamul lail, zikir dan amal saleh. Peningkatan tersebut disebabkan semakin dekatnya bulan Ramadhan yang akan menjadi puncak aktivitas kesalehan dan spiritual seorang Muslim.
Jika biasanya dalam sebulan Rasulullah SAW berpuasa rata-rata 11 hari, maka di bulan Syaban Beliau berpuasa hampir sebulan penuh. Dikisahkan oleh Aisyah RA bahawasanya, “Rasulullah banyak berpuasa (di bulan Syaban) sehingga kita mengatakan, Beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Syaban.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Usama bin Zayed RA dikatakan, “Aku bertanya kepada Rasul, ‘Wahai Rasulullah SAW, Aku tidak melihatmu banyak berpuasa seperti di bulan Syaban?’ Beliau menjawab, ‘Syaban adalah bulan yang dilupakan manusia, letaknya antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan tersebut amal manusia diangkat (ke langit) oleh Allah SWT dan aku menyukai pada saat amal diangkat aku dalam keadaan berpuasa’.”(HR. An-Nasa’i).
Syaban adalah bulan penutup rangkaian puasa sunah bagi Rasulullah SAW sebelum berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Bila Nabi Muhammad SAW telah mempersiapkan penyambutan Ramadhan dengan berpuasa sekurang-kurangnya 11 hari di luar Syaban dan 20-an hari di bulan Syaban, berarti untuk menyambut Ramadhan, Rasulullah SAW telah berpuasa yang sekurang-kurangnya 130 hari (atau satu pertiga) lebih dari jumlah hari dalam setahun.
Oleh sebab itu, menurut Ustad Hasanudin, hanya persiapan yang baiklah yang akan mendapat hasil yang terbaik, dan demikian pula sebaliknya. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita untuk mempersiapkan diri di bulan Syaban sehingga memperoleh hasil yang maksimum di akhir Ramadhan.
Artikel ini ditulis oleh: