Jakarta, Aktual.com — Direktur Eksekutif Energi Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean menilai telah terjadi penurunan laba (keuntugan) kinerja PT Pertamina pada tahun 2015 dibanding tahun 2014. Penurunan tersebut terjadi antara lain karena faktor jebloknya harga minyak dunia.
“Kita memang melihat adanya penurunan keuntungan Pertamina dari tahun sebelumnya. Kinerja Direktur Utama PT Pertamina, Dwi Sutjipto terasa lambat, minim inovasi dan kurang greget,” ujar Ferdinand di Jakarta, Jumat (20/4).
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, pada kuartal ketiga 2015, PT Pertamina (Persero) hanya memeroleh Laba bersih (net income) sebesar USD 0,92 miliar, jauh merosot dibanding 2014 yang sebesar USD 1,53 miliar.
Secara EBITDA dan pendapatan (revenue) pun perseroan mengalami kinerja yang tidak memuaskan. Pada kuartal ketiga 2015, Pertamina hanya bisa memerolehrevenue sebesar USD 32 miliar, anjlok dibandingkan 2014 yang mencapai USD 70,65 miliar.
Kemudian, EBITDA perseroan pada kuartal ketiga 2015 juga hanya sebesar USD 3,55 miliar, turun dibanding 2014 yang sebesar USD 5,83 miliar.
Sementara saldo kas (cash balance) perseroan pada kuartal ketiga 2014 sebesar USD 4,15 miliar. Pada 2014, jumlah keseluruhan karyawan Pertamina mencapai 28.104 pekerja.
Kemudian, berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2015 (tidak diaudit), total nilai aset Pertamina pun mengalami penurunan, dari USD 50,35 miliar (2014) menjadi USD 46,38 miliar. Rinciannya, jumlah aset lancar sebesar USD 15,98 miliar dan aset tidak lancar USD 30,395 miliar.
Sementara, utang yang harus dilunasi (liabilitas) perseroan pada tahun lalu sebesar USD 27,33 miliar, terdiri atas liabilitas jangka pendek USD 9,81 miliar dan liabilitas jangka panjang USD 17,51 milar. Liabilitas itu menurun dibanding 2014 yang secara keseluruhan mencapai USD 31,54 miliar.
Kemudian, penjualan dan pendapatan lainnya Pertamina pada 2015 juga jeblok, yakni hanya sebesar USD 31,996 miliar, turun drastis disbanding 2014 yang sebesar USD 54,449 miliar.
Laba kotor perseroan pun pada tahun lalu anjlok dibanding tahun sebelumnya dari semula USD 5,73 miliar menjadi USD 3,87 miliar.
Hal lain adalah, Pertamina bisa dikatakan BUMN yang sangat telat melaporkan kinerja keuangan. Hingga memasuki akhir Mei 2016, laporan keuangan kuartal pertama tahun ini pun belum dipublikasikan.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka