Shalat Istisqo merupakan upaya yang dilakukan umat muslim untuk meminta hujan. Hal itu ditujukan untuk membantu memadamkan kebakaran lahan dan hutan yang terjadi di beberapa pulau di Indonesia antara lain Sumatera, Kalimantan dan Papua.

Jakarta, Aktual.com — Sore ini adalah waktu yang tepat bagi Umat Islam untuk meluruskan arah kiblat, karena berdasarkan dari data astronomi yang aktual.com dapatkan, Jumat (27/5) tepatnya pada pukul 16.18 WIB dan 17.18 WITA. Matahari akan melintas tepat di atas Ka’bah yang mana dalam agama Islam disebut dengan yaumul rashdul qiblat atau hari meluruskan arah kiblat.

Hal ini bisa dipahami sebab gerak semu Matahari yang disebut sebagai gerak tahunan Matahari. Ini diakibat selama Bumi beredar mengelilingi Matahari sumbu Bumi miring 66,5° terhadap bidang edarnya sehingga selama setahun Matahari terlihat mengalami pergeseran antara 23,5° LU sampai 23,5° LS.

Pada saat nilai azimuth Matahari sama dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut terjadi Istiwa A’dhom yaitu melintasnya Matahari melewati zenit lokasi setempat.

Demikian halnya Ka’bah yang berada pada koordinat 21,4 LU° dan 39,8° BT dalam setahun juga akan mengalami 2 kali peristiwa lstiwa A’dhom yaitu setiap tanggal 27/28 Mei sekitar pukul 12.18 waktu setempat dan 15/16Juli sekitar pukul 12.27 waktu setempat, jika waktu tersebut dikonversi maka di Indonesia peristiwa ini terjadi pada 28 Mei pukul 16.18 WIB dan 16 Juli pukul 16.27 WIB.

Dengan adanya peristiwa Matahari tepat di atas Ka’bah tersebut maka umat Islam yang berada jauh dan berbeda waktu tidak lebih dari 5 atau 6 jam dapat menentukan arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan Matahari.

Teknik penentuan arah kiblat pada hari Rashdul Qiblat sebenarnya sudah dipakai lama sejak ilmu falak berkembang di Timur Tengah. Demikian halnya di Indonesia dan beberapa negara Islam yang lain juga sudah banyak yang menggunakan teknik ini, sebab teknik ini memang tidak memerlukan perhitungan yang rumit dan siapapun dapat melakukannya. Yang diperlukan hanyalah sebatang tongkat lurus dengan panjang sekitar 1 meter dan diletakkan berdiri tegak di tempat yang datar dan mendapat sinar matahari, pada tanggal dan jam saat terjadinya peristiwa Istiwa A’dhom tersebut maka arah bayangan tongkat akan menunjukkan kiblat yang benar.

Akan tetapi ada satu hal penting yang harus kita perhatikan adalah ketepatan jam yang kita gunakan hendaknya sudah terkalibrasi dengan tepat. Untuk mengetahui standar waktu yang tepat bisa digunakan tanda waktu saat berita di RRI, layanan telpon 103, dan menggunakan jam atom yang disediakan oleh internet.

Dan penentuan arah kiblat menggunakan fenomena ini hanya berlaku untuk tempat-tempat yang pada saat peristiwa Istiwa A’dhom dapat secara langsung melihat matahari.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan