Petugas berusaha mengevakuasi mobil yang terendam di basement Kemang Square, Jakarta, (28/8/2016). Buruknya drainase ditambah curah hujan tinggi yang mengguyur Jakarta hingga hingga dini hari, menyebabkan sejumlah wilayah hingga basement gedung terendam air.

Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris berharap banjir di kawasan Kemang, menjadi momentum evaluasi penanganan banjir bagi Pemprov DKI Jakarta. Apalagi hujan deras diprediksi akan melanda Ibukota hingga Maret 2017.

Menurutnya, penanganan banjir di Jakarta tidak bisa parsial, melainkan harus komprehensif. Sebab, kata dia, Jakarta sudah terlanjur dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhannya.

“Kota ini mengalami sebuah tekanan ekologis yang berat, salah satunya banjir. Inilah kalau normalisasi sungai sudah dianggap sebuah pekerjaan besar dan diklaim mampu menjadikan Jakarta bebas banjir. Kita jadi lengah, menganggap hujan takkan bisa buat Jakarta banjir,” ujar Fahira Idris di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (29/8).

Lebih lanjut, Fahira mengungkapkan kawasan Kemang pada Master Plan Jakarta 1965-1985 berwarna hijau. Artinya, boleh membangun tapi dibatasi, karena merupakan kawasan resapan air. “Tetapi sekarang pembangunan tidak terkendali, jadi daerah komersil tertinggi di Jakarta,” ungkap Senator asal Jakarta ini.

Oleh karena itu, ia meminta Pemprov DKI Jakarta menghentikan klaim-klaim yang menyatakan bahwa hujan tidak akan membuat Ibukota banjir. Ia menganggap klaim-klaim seperti itu ‘tidak sehat’ untuk menggerakkan elemen masyarakat untuk bahu-membahu mengatasi banjir.

“Kita bersyukur, hujan kemarin hanya beberapa jam, tidak berhari-hari, sehingga kerusakan yang ditimbulkannya tidak begitu besar. Tetapi bukan tidak mungkin, nanti di puncak penghujan, banjir yang lebih besar terjadi. Itu yang harus segera diantisipasi,” tegas Fahira.

Fahira menambahkan banjir Jakarta akibat dari banyak faktor. Mulai dari alih fungsi daerah resapan menjadi pusat-pusat komersil, alih fungsi hutan bakau di pesisir Jakarta menjadi perumahan mewah, laju penurunan tanah di Jakarta yang semakin cepat, buruknya sistem pengelolaan dan pemantauan saluran air di Jakarta. Serta berbagai faktor lain misalnya kasadaran warga membuang sampah.

“Jika Jakarta mau tahan banjir, semua faktor penyebabnya harus diselesaikan secara bersamaan dan sistematis, tidak boleh hanya fokus pada satu faktor saja,” pungkas Fahira.

Laporan: Nailin In Saroh

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby