Jakarta, Aktual.com – Lembaga Indonesia Property Watch mengungkapkan, pasar perumahan primer di kawasan Jabodetabek mulai mengalami pertumbuhan positif, menyusul naiknya beberapa indikator terkait nilai penjualan dan jumlah unit terjual.

“Setelah pada kuartal II-2016 nilai penjualan masih mengalami penurunan minus 13,3 persen (q-to-q), maka di kuartal III-2016 nilai penjualan perumahan di wilayah Jabodetabek-Banten yang diperkirakan menjadi ‘benchmark’ pasar perumahan nasional, mengalami pertumbuhan 8,1 persen,” kata Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu (15/10).

Selain itu, ungkap Ali Tranghanda, tingkat jumlah unit terjual yang naik tipis pada kuartal II-2016 sebesar 3,2 persen (q-to-q), kini naik cukup tinggi 11,8 persen pada kuartal III-2016. Menurut dia, kenaikan nilai penjualan secara umum sebagai dampak naiknya nilai penjualan di segmen kecil dan menengah masing-masing sebesar 22,1 persen dan 19,1 persen.

Meskipun demikian, lanjutnya, tekanan masih dirasakan di segmen atas yang terus mengalami tren penurunan sebesar minus 19,8 persen pada kuartal III-2016. “Seperti telah diprediksi sebelumnya oleh Indonesia Property Watch di awal tahun 2015, siklus properti dalam posisi ‘takeoff’ paling lambat semester II-2016.”

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan IPW, kenaikan harga rumah dan tanah mulai menunjukkan kenaikan seiring dengan mulai naiknya pasar permintaan, begitu pula dengan faktor potensi pembangunan infrastruktur yang sebagian sedang dilaksanakan dinilai terus berdampak bagi kenaikan harga rumah.

Selain itu, ujar dia, pihak perbankan mulai mendorong pasar perumahan dengan menawarkan suku bunga rendah, hingga potensi dana repatriasi hasil amnesti pajak yang terbilang sukses dengan capaian mencapai Rp132 triliun pada tahap I pelaksanaannya. IPW juga telah memperkirakan hingga sekitar Rp70 triliun dari dana repatriasi yang telah masuk ke Indonesia dapat ditempatkan di sektor properti di Tanah Air.

“Sebesar Rp70 triliun dana repatriasi ini akan masuk ke properti,” kata Ali Tranghanda dan menambahkan, dengan asumsi sampai akhir masa amnesti pajak 1 April 2017 diperkirakan dana yang masuk sebesar Rp150 triliun. Selain itu, ujar dia, melihat perkembangan yang ada saat ini maka tidak mustahil nilai itu akan tercapai bahkan melebihi perkiraan angka Rp70 triliun.

Sebelumnya, konsultan properti internasional Jones Lang LaSalle (JLL) menyatakan meski masih belum seperti tahun-tahun sebelumnya, tetapi pengembang dan konsumen sektor properti kini sudah lebih aktif yang mengindikasikan kelesuan properti mulai berubah.

“Walaupun belum ditandai dengan peningkatan yang signifikan, baik para pengembang maupun konsumen terlihat lebih aktif dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,” kata Head of Advisory JLL Indonesia Vivin Harsanto.

Menurut dia, kelesuan makro ekonomi yang berangsur-angsur membaik dinilai mampu memunculkan sentimen positif terhadap bisnis properti secara keseluruhan. Sementara itu, Country Head JLL Indonesia Todd Lauchlan meyakini bahwa dalam jangka waktu beberapa bukan ke depan, sejumlah aktivitas yang terjadi di dalam negeri akan dapat menstimulasi bisnis properti ke arah yang lebih baik.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu