Program Tax Amnesty. (ilustrasi/aktual.com)
Program Tax Amnesty. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Peneliti asal INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara menyebut, paska periode pertama program pengampunan pajak (Tax Amnesty), uang tebusan kembali loyo. Ditambah dana repatriasi juga belum bisa ditarik ke Indonesia karena berbagai alasan.

Kondisi tersebut berimbas terhadap perekonomian domestik yang kehilangan sumber pertumbuhan baru. Dan diperkirakan akan menciptakan instabilitas di sektor keuangan.

“Sehingga dampaknya, sebelum terlambat otoritas moneter dan fiskal harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk di akhir tahun 2016,” tandas dia di Jakarta, Jumat (18/11).

Dengan kondisi itu, kata dia, hal-hal yang perlu diwaspadai adalah stabilitas di sektor keuangan. Seperti pasar saham diprediksi mengalami puncak gejolak saat The Fed di bulan Desember nanti akan mengumumkan kenaikan Fed Fund Rate (FFR).

“Kondisi ini sudah mulai tercium saat imbal surat utang AS bertenor 2, 10, dan 30 tahun menunjukkan kenaikan yield atau imbal hasil yang sangat tinggi paska terpilihnya Trump itu,” jelas dia.

Menurut Bhima, lonjakan yield tersebut jadi pertanda bahwa inflasi AS dalam jangka pendek maupun panjang diprediksi akan mengalami lonjakan tinggi.

“Perkiraan inflasi yang meningkat itu jelas akan direspon dengan kenaikan Fed rate tersebut. Kondisi ini yang harus diperhatikan oleh pasar kita,” tandas dia.

Dia menegaskan, kondisi pasar modal dan pasar uang yang mudah terjadinya capital outflow (arus dana keluar) atau capital inflow (arus dana masuk) ysng cukup tinggi itu, karena Indonesia menganut paham devisa bebas.

“Sehingga yang terjadi selama ini, aksi jual besar-besaran di pasar saham dan surat utang oleh investor asing bukan hal yang tidak mungkin,” cetusnya.

Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk mencegah gejolak pasar yang mudah terjadi itu, adalah dengan memberlakukan capital control yang tepat.

“Serta yang terpenting dengan membuat Perpu UU Lalu Lintas Devisa Negara. Karena tanpa itu, ekonomi akan terus terombang-ambing dana asing,” pungkas Bhima.(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid