Jakarta, Aktual.com – PT RHB Asset Management Indonesia memperkirakan laju inflasi tahun 2017 nanti akan jauh lebih tinggi dari yang ditargetkan pemerintah dalam APBN 2017. RHB memperkirakan, laju inflasi yang paling mungkin di level 4,5 persen.
Angka tersebut memang cukup tinggi mengingat pemerintah sendiri mematok inflasi 4 persen. Demikian disebutkan Assosiate Director Chief Investment Officer RHB Asset Management, Liew Kong Qian, di Jakarta, Rabu (7/12).
“Kebijakan kenaikan listrik untuk 900 VA (volt ampere) itu sudah pasti. Ini tentu akan mempengaruhi inflasi cukup tinggi. Makanya kita proyeksi tahun depan capai 4,5 persen. Angka itu juga sudah dikhawatirka oleh BI (Bank Indonesia),” tegas Liew.
Menurutnya, kondisi saat ini jika pemerintah tidak mengantisipasi lonjakan harga pangan, maka inflasi bisa lebih kencang lagi lajunya.
Diperkirakan masalah pangan yang terkelola dengan baik bisa menyumbang inflasi antara 100-200 basis poin. Sehingga inflasi tahun depan berpotensi mencapai 6-7 persen. Jika pemerintah tak dapat kendalikan harga pangan.
“Karena masalah pangan ini jadi masalah klasik. Tak hanya masalah gagal panen. Tapi juga masalah distribusi dan supply-nya ke beberapa daerah masih menjadi beban,” terang dia.
Disampaikan pula bahwa inflasi menjadi hal yang penting. Mengingat kinerja pemerintah akan dianggap baik jika bisa mengandalkan laju inflasi ini.
“Pemerintah harus kerja keras dalam menjaga inflasi ini. Karena (pengendalian) inflasi itu jadi kredibilitas pemerintah. Prediksi kami di semester I 2016 sampai masa lebaran akan tinggi. Setelah itu mungkin akan mereda (laju inflasinya),” tutur Liew.
Meski begitu, di tengah ketidakpastian ekonomi global dengan adanya Trump Effect, RHB memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,4 persen. Karena dana dari repatriasi program tax amnesty mulai berdampak positif dan paket kebijakan ekonomi mulai berpengaruh
Terkait kenaikan tarif listrik, sebelumnya dipastikan Kementerian ESDM pada per 1 Januari 2017 nanti. Untuk tarif listrik untuk kapasitas 900 VA akan mengalami kenaikan mencapai 143 persen.
Jumlah pengguna listrik yang dicabut subsidinya sebanyak 18,94 juta, dari yang selama ini menikmati sebanyak 23,04 juta pelanggan. Sehingga yang mendapat subsidi cuma 4,1 juta pelanggan.
Dari catatan Kementerian ESDM, tarif listrik bagi golongan 900 VA selama ini membayar tagihan sebesar Rp585 per KWh. Nantinya akan dinaikkan bertahap menjadi Rp774 per KWh pada 1 Januari. Dua bulan kemudian, tarifnya meningkat lagi menjadi Rp1.023 per KWh. Dan di Mei akan kembali naik menjadi Rp1.352 per KWh.
Jika dinominalkan dalam rupiah, tagihan rekening listrik pelanggan 900 VA non-subsidi akan meningkat dari angka saat ini Rp74 ribu menjadi Rp180 ribu pada Mei 2017 atau ketika subsidi sepenuhnya dicabut.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid