Jakarta, Aktual.com – Pengamat ekonomi politik dari AEPI, Salamuddin Daeng menyebut ketimpangan yang terjadi selama ini membuktikan demokrasi ekonomi dan keadilan ekonomi yang diterapkan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tak pernah ada.
Karena faktanya, kondisi ekonomi yang dialami masyarakat masih membuktikan ketimpangan yang tinggi. Riset dari Oxfam International justru menyebutkan, Indonesia adalah sebuah negara yang paling timpang di dunia.
Pernyataan Oxfam itu telah mementahkan riset Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa rasio ketimpangan (gini ratio) telah menurun. Hasil riset BPS ini yang kerap dibanggakan oleh Jokowi.
“Bahwa kekayaan empat orang taipan yang setara dengan pendapatan 100 juta penduduk miskin, apakah ini yang disebut demokrasi ekonomi? Ingat pak Presiden, ketimpangan bukan takdir bagi 100 juta bangsa Indonesia, tapi penguasa yang adil yang bisa mengatasinya. Selama ini belum adil,” papar Daeng, kepada Aktual.com, Senin (27/2).
Kata dia, paparan Oxfam itu yang mengulik kekayaan empat orang taipan setara dengan 40 persen masyarakat Indonesia atau kekayaan 100 juta penduduk yang masih hidup dibawah garis kemiskinan telah memukul BPS. Apalagi Oxfam mendasarkan perhitungan ini dari standar kemiskinan versi Bank Dunia.
“Makanya, BPS yang selama ini sebagai lembaga paling kredibel dalam hal data, dan menjadi rujukan kebijakan pembangunan ternyata harus dievaluasi ulang hasil survey-nya dalam mengukur ketimpangan ekonomi. Karena dunia internasional lebih memercayai Oxfam ketimbang BPS,” papar Daeng.
Tidak hanya itu, kata dia, pemerintahan Jokowi juga tentu sangat terpukul. Bayangkan, selama ini pemerintah begitu membanggakan hasil kerja mereka dalam dua setengah tahun terakhir.
“Mereka bangga dengan program membangun dari pinggiran, proyek Rp1 miliar per desa dan berbagai program pembangunan infrastruktur, tapi ternyata belum bisa menggeser posisi Indonesia sebagai negara paling timpang di dunia,” sindirnya.
Sebelumnya, rilis BPS bulan lalu menyebut, Gini Ratio per September 2016 yang di angka 0,394, cuma turun 0,003 dari posisi Maret 2016 sebesar 0,397, dan turun 0,008 poin dibanding September 2015 di 0,402.
Dilihat dari daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan per September 2016 sebesar 0,409, dari0,410 di Maret 2016 dan di September 2015 berada di posisi 0,419.
Sedangkan Gini Ratio di daerah perdesaan pada September 2016 sebesar 0,316, sebelumnya di Maret 2016 di 0,327 dan di September 2015 sebesar 0,329.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka