Rachmad Hardadi. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Gangguan pada kilang minyak milik PT Pertamina (Persero) yang terjadi secara beruntun akhir-akhirnya ini menyebabkan keprihatinan tersendiri bagi masyarakat. Terlihat bahwa perusahaan BUMN sebesar Pertamina tidak dikelola secara profesional.

Menanggapi hal ini, Pegiat Asosiasi Ekonomi-Politik Indonesia (AEPI) Dani Setiawan berharap persoalan ini tidak ada unsur sabotase mengenai pemilihan Dirut di perusahaan itu.

“Kan sudah beberapa kali masalah kilang, muda-mudahan hanya masalah tehnis dan tidak ada sabotase terkait pemilihan dirut. Tapi kalau benar ini bagian dari sabotase, ini sangat merugikan bagi rakyat, dan perusahaan itu sendiri demi kepentingan tertentu,” katanya kepada Aktual.com, Senin (27/2).

Namun ganguan berupa unplanned shutdown maupun Black Out terhadap kilang di berbagai daerah, tentunya menuntut pertanggungjawaban manajemen dan evaluasi kinerja.

“Namun jika secara teknis, maka dilihat siapa yang bertanggungjawab monitoring. Standar Operasional-nya jalan nggak? Tinggal di cek di situ,” tandas Dani.

Diketahui sejak Oktober 2016 silam kewajiban atau pertanggungjawaban kilang dipegang oleh Toharso yang menjabat sebagai Direktur Pengolahan PT Pertamina.

Namun terungkap bahwa salah satu penyebab ganguan pada kilang karena perawatan tidak tepat waktu, atau tidak sesuai dengan standar operasional. Hal ini sudah berlangsung lama semenjak jabatan Direktur Pengolahan belum dipegang oleh Toharso.

Lalu ternyata, posisi itu sebelumnya dijabat oleh Rachmad Hardadi yang kemudian menjabat sebagai Direktur Megaproyek Pengolahan & Petrokimia. Sehingga Rachmad Hardadi juga bagian dari orang yang harus bertanggungjawab atas kerusahan kilang yang belakangan ini terjadi secara beruntun.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka