Jakarta, Aktual.com – Tim ekonomi pemerintah Indonesia dianggap gagal mengoptimalkan peluang investasi Arab Saudi saat kedatangan Raja Salman beberapa waktu lalu. Penilaian ini dikarenakan nilai investasi Arab Saudi di Indonesia jauh lebih kecil jika dibandingkan investasi Arab Saudi di Cina.
Nilai investasi Arab Saudi di Indonesia sendiri disepakati senilai Rp 93 Triliun. Angka tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan kontrak kerja sama antara Arab Saudi-Cina yang mencapai Rp 866 Triliun.
“Tentu sementara ini yang bisa disorot adalah tim ekonomi yang bisa dianggap gagal mengeksekusi peluang ini. Patut disayangkan, peluang yang sudah datang di depan dibiarkan lewat begitu saja,” ujar Ketua Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani (PRIMA), Sya’roni dalam keterangan tertulisnya kepada Aktual, Jum’at (17/3).
Cina sendiri merupakan negara Asia terakhir yang dikunjungi oleh Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud. Pada bulan Maret ini, kepala negara negara petrodollar itu memang diagendakan mengunjungi beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia.
Perbedaan nilai investasi yang sangat jauh ini, lanjut Sya’roni, sangatlah disayangkannya. Pasalnya, kehadiran Raja Salman sendiri memang diharapkan pemerintah untuk menghadirkan modal baru guna mengerek tingkat perekonomian yang saat ini masih jalan di tempat.
“Dan kehadiran Raja Salman beberapa waktu yang lalu merupakan sebuah peluang emas. Sayang realisasinya meleset jauh dari ekspektasi yang berkembang,” imbuhnya.
Padahal, menurut Sya’roni, Raja Salman mendapatkan sambutan yang luar biasa hangat di Indonesia. Bahkan, Presiden Jokowi sendiri turun tangan memayungi Raja Salman ketika kehujanan di Istana Bogor, meskipun Presiden harus basah kuyup.
Namun demikian, penyambutan yang luar biasa ini tidak berbanding lurus dengan hasil yang ditorehkan. Bagi Sya’roni, karpet merah di Bandara Halim Perdana Kusuma tidak cukup jika pemerintah tidak dapat ‘menggelar’ karpet merah di bidang kerjasama ekonomi.
“Mengecilnya investasi Raja Salman bisa disebabkan kegagapan tim ekonomi dalam menyediakan bidang investasi yang diinginkan Raja Salman. Diharapkan pemerintah segera terbuka soal ini,” pungkasnya.
(Teuku Wildan)
Artikel ini ditulis oleh: