Jakarta, Aktual.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di triwulan I-2017 naik sebesar 4,33 secara year on year (yoy) terhadap triwulan IV-2016.

Kenaikan itu karena disebabkan naiknya produksi industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yaitu naik 9,59 persen. Industri makananan (naik 8,2 persen), industri karet, barang dari karet dan plastik (7,8 persen).

“Tapi banyak juga industri yang mengalami penurunan produksi seperti industri tekstil (6,87 persen), industri minuman (5,42 persen), industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya turun 4,49 persen,” jelas Kepala BPS, Suhariyanto, di Jakarta, Selasa (2/5).

Untuk tingkat provinsi, kata dia, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang ini di tiga bulan pertama itu, yang alami pertumbuhan tinggi adalah, provinsi Bangka Belitung yang naik 21,35 persen. Kedua, provinsi Jambi (12,59 persen), dan ketiga DKI Jakarta (12,47 persen).

“Dan untuk provinsi yang alami penurunan pertumbuhan, adalah provinsi Bengkulu (9,05 persen), Sumatera Utara (7,6 persen), dan Kepulauan Riau yang turun 7,5 persen,” jelas dia.

Suhariyanto menyebut, penurunan kinerja industri manufaktur itu harus menjadi perhatian pemerintah. Karena di tengah perlembatan ekonomi, mestinya sektor manufaktur itu terus bertumbuh.

“Ada sepuluh industri yang mengalami penurunan kinerjanya. Salah satunya adalah industri minuman. Ini mengagetkan, padahal industri makannya bertumbuh,” jelas Kecuk, panggilan akrabnya.

Dia menambahkan, selain tiga sektor manufaktur tadi yang menurun, sektor lainnya adalah, industri pakaian jadi (turun 3,79 persen), industri pengolahan lainnya (3,47 persen), jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan (3,44 persen), industri alat angkutan lainnya (2,45 persen), industri perlatan listrik (2,2 persen), industri logam dasar (1,29 persen), dan industri pengolahan tembakau (0,72 persen).

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka