Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut tahun depan daya beli masyarakat akan naik di tahun depan, seiring penurunan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate ke level 4,5 persen.
Sepertinya, Menkeu tak mampu menggenjot daya beli yang sudah anjlok dalam bertahun-tahun ini melalui kebijakannya di sektor fiskal, sehingga sampai-sampai hanya bergantung sama kebijakan moneter.
“Iya, kita lihat kan suku bunga sudah turun, itu pengaruhi pertumbuhan kredit dan bakal ciptakan daya beli,” ujar Sri Mulyani di Jakarta, Senin (11/9).
Dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan dan ciptakan daya beli, kata Sri Mulyani, maka akan menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat karena perusahaan-perusahaan melakukan investasi baru.
“Dengan kondisi demikian, maka tugas pemerintah akan menjaga kelompok tidak mampu. Seperti menjaga social spending-nya supaya tepat waktu dan tepat sasaran,” kilahnya.
Dia mengklaim, saat ini konsumsi rumah tangga untuk kelas menengah masih tetap tumbuh, meski peningkatannya tidak sebesar tahun lalu yang mencapai 10 persen dan sekarang hanya 8 persen.
“Tantangan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi ialah pertumbuhan konsumsi yang harus mencapai 5,1% di 2018,” tuturnya.
Sekadar informasi dalam asumsi makro ekonomi 2018, pemerintah dan DPR RI menyetujui pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,4%, laju inflasi 3,5%, nilai tukar rupiah sebesar Rp13.400 per USD, suku bunga SPN 5,2%, kemiskinan ditargetkan 9,5-10%, gini rasio 0,38% dan indeks pembangunan manusia berada di level 71,5.
Sementara, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Agustus 2017 lalu memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps dari 4,75% menjadi 4,50%. Penurunan itu juga diikuti dengan suku bunga Deposit Facility yang turun 25 bps menjadi 3,75% dan Lending Facility turun 25 bps menjadi 5,25%.
(Reporter: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka
