Pemandangan sawah Subak Lepang  dengan latar belakang Gunung Agung di Desa Rendang, Kalrangasem, Bali (2/10). Akibat gempuran pariwisata dan perkembangan jaman, menimbulkan dampak alih fungsi lahan khususnya disektor pertanian yang merembet ke Subak atau sistem pengairan ciri khas sistem irigasi di Bali. Sistem Subak di Bali tidak hanya sebagai warisan budaya yang terdaftar sebagai badan warisan dunia Unesco sejak tahun 2012 sehingga hal ini tidak saja menjadi tanggung jawab masyarakat Bali untuk menjaga sistem pengairan subak. AKTUAL/Tino Oktaviano

Karangasem, Aktual.com – Drone yang disiapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) gagal merekam secara visual aktivitas kawah Gunung Agung. Pesawat tanpa awak jenis KOAX 3.0 menabrak jembatan tak jauh dari landasan di sekitar lokasi kawasan Galian C, Tulamben, Karangasem.

‎”Terjadi crash karena pada saat take off propeler kena batu kerikil dan tidak mendapat air speed yang sempurna,” kata Kepala Pusat Data dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Sabtu (14/10).‎

Ia menjelaskan, landasan terbang drone itu kurang ideal untuk menjadi landasan pacu.‎ “Landasan gravel banyak batu, kurang ideal untuk take off. Kecepatan pada saat take off di bawah 60 kpj,” tuturnya. Selain itu, angin kencang juga menyebabkan drone tak dapat terbang dengan baik.

“Angin kencang juga menyebabkan drone tidak dapat terbang. Angin di landasan besar rata-rata 21 kpj. Kita bisa take off kalau angin di landasan 10 kpj,” ucapnya.

Kendati begitu, Sutopo menjamin misi perekaman visual kawah Gunung Agung tetap akan dilanjutkan menggunakan drone tipe Tawon V Tail 1.8. “Saat ini kita masih setting sambil menunggu angin reda,” ungkapnya.

Bobby Andalan

Artikel ini ditulis oleh: