Tren melemah rupiah. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Pergerakan nilai tukar rupiah di pekan kemarin masih mengalami pelemahan seiring minimnya sentimen positif dari dalam negeri yang mampu mengangkat rupiah. Padahal, terdepresiasinya USD belum cukup kuat mengangkat rupiah.

“Nilai tukar rupiah pekan lalu melemah -0,26% atau lebih rendah dari pekan sebelumnya yang menguat sebesar 0,26%. Di pekan kemarin, laju rupiah sempat melemah ke level 13.538 atau lebih baik dari sebelumnya 13.640,” kata analis pasar uang Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada di Jakarta, Minggu (12/11).

Sementara untuk level tertinggi yang dicapai di angka 13.493 di bawah level high dari pekan sebelumnya di 13.475. Dan laju rupiah di pekan kemarin bergerak di atas target support 13.620 di bawah resisten 13.470.

“Di tengah rilis GDP Indonesia kuartal tiga 2017 sebesar 5,06 persen (yoy), pergerakan rupiah berbalik melemah karena dianggap masih di bawah estimasi dari 5,13 persen,” kata dia.

Di sisi lain, ada pula anggapan bahwa penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) tampaknya belum banyak berpengaruh pada pertumbuhan GDP dimana angka GDP masih memperlihatkan adanya perlambatan.

“Bahkan percepatan proyek infrastruktur ada pula yang beranggapan belum banyak berimbas pada pertumbuhan GDP ini,” kata dia.

Bahkan adanya rilis BI, kata dia, Survei Konsumen BI pada Oktober 2017 mengindikasikan keyakinan konsumen masih pada level optimis dengan kecenderungan melemah yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober 2017 sebesar 120,7 atau lebih rendah dari bulan September 2017 kian menambah sentimen negatif bagi rupiah.

“Adanya pelemahan di akhir pekan dapat membuka peluang penurunan lanjutan. Apalagi jika rupiah tidak mampu menyerap sentimen positif maka dapat mengkonfirmasi adanya pelemahan. Untuk itu, diharapkan pelemahan dapat lebih terbatas agar Rupiah dapat kembali menemukan momentum pembalikan arah naik,” kata dia.

Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: