Jakarta, Aktual.com – Pembentukan holding BUMN sektor pertambangan dinilai blunder ketimbang manfaatnya.
Meskipun diakui, jika pembentukan holding BUMN Tambang sebagai sebuah keniscayaan, dengan argumentasi selain memperkuat BUMN Tambang, diharapkan juga mampu untuk mampu bersaing di pasar global, juga diharapkan dapat membeli divestasi 51% saham Freeport.
“Penunjukan Inalum salah satu BUMN sebagai perusahaan holding misalnya, akan menimbulkan permasalahan, yang bisa menghambat proses integrasi ke dalam holding,” kata Pengamat Energy Nasional Fahmy Radhi, di Jakarta, Jumat (24/11).
“Sebab, BUMN tambang lain merasa tidak diperlakukan secara equality akan memicu resistensi dalam proses holding,” tambahnya.
Selain itu, sambung dia, blunder kedua adalah pengangkatan Budi Sadikin (BS) sebagai direktur holding. Budi memang profesional di bidang keuangan, yang dibuktikan saat menjadi Dirut Bank Mandiri.
“Namun, BS, yang tidak punya track record di bidang tambang, sehingga (dugaan) sangat diragukan kemampuan memimpin holding tambang,” sebut dia.
“Selain itu, kedekatan BS dengan Menteri BUMN Rini Soemarno akan menimbulkan syak wasangka bahwa Rini berkepentingan menguasai dan mengendalikan BUMN Holding, seperti yang terjadi di Pertamina,” pungkasnya.
Pewarta : Novrizal Sikumbang
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs