Jakarta, Aktual.com – Ekonom UGM yang juga Mantan tim Anti Mafia Migas, Fahmy Radhi menduga kuat adanya upaya sistemik untuk menghambat rencana pembangunan beberapa kilang BBM nasional. Menurut Fahmy, persolan menunda-nunda pembanguna kilang bukan merupakan modus baru, tapi hal ini sudah terjadi berulang kali yang berujung pada pembatalan proyek.
Adapun kepentingan bagi pihak penghambat, bertujuan agar produksi BBM dalam negeri tidak memenuhi permintaan konsumen. Sehingga Pertamina terpaksa melakukan impor sebagian BBM untuk memenuhi konsumsi dalam negeri yang tidak mampu diatasi oleh produk kilang dalam negeri. Pada proses impor inilah dinilai oleh Fahmy menjadi suatu ladang permainan mafia pemburu rente.
“Delayed proyek kilang Pertamina untuk kesekian kalinya semakin menguatkan indikasi bahwa Mafia Migas masih bergentangan di Pertamina. Hasil kajian Tim Anti Mafia Migas menemukan adanya upaya sistemik Mafia Migas yang menghambat dan menghalangi pembangunan Kilang Pertamina,” ujar dia.
Pada aspek lain yang seakan mengkonfirmasi kecurigaan Fahmy Radhi, mantan Menteri ESDM, Sudirman Said menuturkan kebijakan pemerintah saat ini cenderung pada sumber energi dari fosil dan tidak bersungguh-sungguh beralih ke energi baru terbarukan (EBT), demikian mengindikasikan kesengajaan melakukan impor BBM secara berlarut-larut.
“Satu sisi kita ketergantungan pada fosil, di sisi lain fosilnya masi impor. Itu mengalami ketergantungan ganda. Dari sisi kedaulatan, kita dalam rangka mengingkari. Kita tahu kapasitas kilang Singapura lima kali lipat dari kebutuhan, untuk siap? kita. Impor dari Singapura,” jelas dia.
Dadangsah Dapunta