Jakarta, Aktual.com – Harga beras sejak awal tahun ini terus mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Namun kalau pengelolaan beras seperti sama mengelola valuta asing seperti dulu yang pernah dipraktikkan Menteri Perekonomian era Gus Dur, Rizal Ramli maka kenaikan ini bisa kendalikan.
Menurut Rizal, dirinya pernah mempraktikan untuk menekan harga beras saat dulu menjadi Direktur Utama Bulog.
“Karena menjaga food price itu sederhana. Karena kami anggap beras itu seperti valuta asing. Stok kita cuma 2 juta tapi bagaimana agar harga beras kita stabil pasar besar sebanyak 25 juat ton,” kata Rizal Ramli saat diskusi Prospek Ekonomi dan Politik 2018, di Jakarta, Rabu (10/1).
Menurut dia, saat itu dirinya membuat pusat informasi dari pasar-pasar beras di Indonesia. Sehingga ketika ada kenaikan atau penurunan harga beras akan mudah terdeteksi.
“Sehingga setiap hari kita dapat informasi, dari pasar ini naik Rp 10 perak. Lalu ada yang naik Rp 100 perak. Dari situ langsung kita telepon (pengelola pasar) kenapa nih? Katanya ada pedagang yang nahan, saya bilang banjirin stok, saya mau lihat siapa yang kuat. Akhirnya harga stabil,” kata dia.
Dengan kebijakan seperti itu, kata dia, mestinya saat ini bisa meniru kebijakan perberasan di era Gus Dur. Makanya di era Gus Dur harga beras zaman Gus Dur tidak berubah.
“Saat itu kita bisa kendalikan harga beras tanpa melakukan impor sama sekali. Kalau cuma sekadar impor itu sih gampang,” kata ekonom senior itu.
Seperti diketahui, kenaikan harga beras terjadi seperti di Pasar Induk Cipinang terjadi kenaikan hingga Rp 800 untuk kategori beras medium dan Rp 500 untuk kategori beras premium. Harga beras yang tinggi ini sudah keluhkan masyarajat Indonesia. Karena terjadi hampir di semua daerah.
Busthomi
Artikel ini ditulis oleh: