Cilacap, Aktual.com – Aktivitas nelayan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terganggu cuaca buruk yang melanda laut selatan Pulau Jawa.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNS) Kabupaten Cilacap Sarjono.
“Bagi nelayan yang belum berangkat melaut, mereka memilih untuk tidak melaut sedangkan nelayan yang sudah berangkat, lebih memilih bertahan di tengah lautan dengan mencari tempat untuk berlindung dari cuaca buruk,” katanya di Cilacap, Selasa (27/11).
Ia mengakui saat sekarang gelombang di laut selatan Jawa relatif kondusif, namun dalam beberapa waktu terakhir sering terjadi hujan lebat yang disertai petir sehingga nelayan tidak berani melaut.
Menurut dia, cuaca buruk di laut itu terjadi akibat ada perubahan dari musim kemarau menuju musim hujan dan wilayah perairan selatan Jawa akan segera memasuki musim angin baratan.
“Sekarang sudah mendekati pergeseran musim angin timuran ke musim angin baratan. Saat ini, embusan angin sudah dari arah selatan, mungkin awal bulan Desember sudah mulai bergeser dari arah barat,” katanya.
Ia mengatakan nelayan Cilacap sangat mewaspadai datangnya musim angin baratan karena cuaca buruk akan makin sering terjadi.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mendapatkan informasi prakiraan cuaca di wilayah perairan.
“Biasanya, puncak musim angin baratan berlangsung pada bulan Januari hingga Februari. Kami berkoordinasi dengan BMKG agar bisa memperoleh informasi mengenai daerah-daerah berpotensi terjadi angin kencang untuk disebarluaskan kepada nelayan sehingga mereka bisa menghindari daerah berbahaya itu,” katanya.
Lebih lanjut, Sarjono mengatakan tingginya curah hujan di wilayah daratan juga berdampak terhadap sektor perikanan tangkap.
“Curah hujan yang tinggi mengakibatkan aliran sungai menjadi banjir dan membawa sampah plastik, kayu, dan sebagainya hingga ke muaranya di laut selatan. Sampah dari sungai-sungai itu banyak yang tersangkut pada jaring yang ditebarkan nelayan untuk menangkap ikan di laut, sehingga bukan ikan yang tertangkap jaring melainkan sampah,” katanya.
Selain mengurangi hasil tangkapan, kata dia, sampah-sampah tersebut juga merusak jaring milik nelayan sehingga makin merugi.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan