Jakarta, Aktual.com -Adanya bakteri pada gula lokal, serta suplainya yang tidak teratur ada, dan harga murah, membuat pengusaha makanan dan minuman, termasuk dodol, memilih gula impor. Bahkan penggunaan gula rafinasi impor untuk industri makanan dan minuman (mamin) masih sulit digantikan oleh gula lokal.
Menanggapi hal tersebut Ketua Asosiasi Industri Kecil dan Menengah Agro Suyono mengatakan bahwa pengusaha makanan dan minuman (mamin) kelas kecil dan menengah pun masih amat membutuhkan impor gula rafinasi bagi keberlangsugan usaha mereka. Ia menjelaskan, ada tiga alasan gula rafinasi dari impor sulit digantikan gula lokal bagi industi mamin.
“Yang pertama gula rafinasi itu tidak mengandung molasis, yaitu sampah mikro, bakteri dan kuman, yang masih menempel di gula. Ketika ada molasis, makanan kami akan cepat kedaluwarsa,” ujar Suyono, pengusaha dodol Garut, Senin (21/1).
Menurutnya jika menggunakan gula lokal, saat makanan diekspor, misalnya dodol ke Timur Tengah, makanan semisal dodol, akan berjamur dan kedaluwarsa karena adanya bakteri tersebut. Pasalnya, perjalanan ke Abu Dhabi saja bisa mencapai 20 hari. Kondisi panas dalam kontainer membuat bakteri yang membusukkan makanan tersebut lebih cepat berkembang.
“Kita biasa eskpor dodol itu ke Abu Dhabi sampai disana pasti jamuran kalau pakai gula lokal, karena di perjalanan bisa 20 hari, dengan kondisi kontainer panas. Jadi, memang gula lokal tidak cocok untuk dodol,” tutur pengusaha dodol garut ini.
Sementara itu, jika menggunakan gula impor, dodol bisa bertahan hingga satu tahun. Dikarenakan tidak adanya molasis dalam kandungan gula.
Artikel ini ditulis oleh: