KH Maimoen Zubair (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, aktual.com – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Zainut Tauhid Saadi mengatakan terdapat pesan dari tokoh dan politisi almarhum KH Maimoen Zubair yang akrab dipanggil Mbah Moen untuk MUI dan Partai Persatuan Pembangunan.

Zainut kepada wartawan di Jakarta, Rabu (7/8) mengatakan Mbah Moen berpesan kepada MUI agar terus menjadi organisasi yang menebarkan nilai-nilai Islam yang damai rahmat untuk alam semesta (rahmatan lil ‘alamin).

“MUI yang dapat menjaga hubungan harmonis baik sesama umat Islam, umat beragama lain maupun hubungannya dengan pemerintah,” kata Zainut yang bertemu terakhir dengan Mbah Moen selama dua jam pada 27 Juli sebelum almarhum bertolak ke Tanah Suci, Arab Saudi, untuk berhaji.

Mbah Moen, kata dia, berpesan kepada Zainut bahwa MUI juga harus menjadi pemersatu umat Islam dan bangsa Indonesia. Almarhum menitipkan harapan kepada MUI agar menjadi wadah yang terus mengembangkan nilai-nilai Islam wasathiyah.

“Indonesia itu negara yang memiliki keistimewaan, meskipun beragam suku bangsanya tetapi bisa bersatu dan umat Islam harus menjadi simpul pemersatunya. Begitu pesan beliau,” katanya.

Terkait parpol, Zainut mengatakan Mbah Moen yang merupakan ketua Majelis Syuro PPP berpesan agar keberadaan partai berlambang Ka’bah dijaga dan dipelihara. Di akhir perjalanan hidupnya, Mbah Moen sempat memikirkan partai yang dijadikannya tempat pengabdian berdakwah.

PPP meskipun kecil, kata Zainut mengutip Mbah Moen, tetapi keberadaannya harus tetap dipertahankan karena memiliki misi yang sangat mulia yaitu menunaikan tugas mengajak umat manusia kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran.

“Tugas tersebut memang tidak harus dilaksanakan oleh banyak orang tetapi dari yang sedikit itu dapat menggugurkan kewajiban umat Islam lainnya. Karena pertimbangan tersebutlah beliau tetap istiqomah tetap berada di PPP,” kata dia.

Zainut mengatakan dua jam pertemuan terakhir dengan Mbah Moen terasa sangat singkat. Mbah Moen bukan saja seorang ulama yang memiliki kedalaman ilmu dan kearifan tetapi juga menjadi teladan bagi santrinya dan masyarakat Indonesia.

“Beliau adalah guru bangsa yang selalu mengajarkan pentingnya makna persatuan, kebhinnekaan dan toleransi. Di usia senjanya beliau tidak pernah lelah untuk berdakwah menyampaikan pesan-pesan damai dan menyejukkan. Tidak pernah berhenti memikirkan nasib umat, bangsa dan negara,” kata dia.

Ant.

 

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin