Jakarta, aktual.com – Allah swt memerintahkan kepada umat nabi Muhammad saw untuk menjadi penyeru kebaikan, sebagaimana firmannya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” [QS Ali ‘Imron: 104]
Karena Jika dakwah diabaikan maka kejelekan akan menyebar, yang nampak berupa keharaman dan kewajiban akan semakin diabaikan sehingga musibah diturunkan. Tetapi jika dakwah ditegakan maka kebaikanlah yang akan meyebar, hati manusia akan hidup dan musibah pun tak akan diturunkan “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan”. [QS Hud: 117].
al-Habib Ali Zaenal Abidin Al-Hamid pernah mengatakan dalam forum pertemuan para da’i yang diadakan di ponpes al-Fakhriyah pada tahun 2018, hendaknya seorang dai itu mengetahui syarat-syarat sebagai da’i, diantara persyaratannya adalah:
Petama harus mendahulukan perbuatan dari pada perkataan, hal ini menjaga seorang da’i dari ancaman Allah swt “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. [QS As-Shaff: 3]. Ini merupakan peringatan bagi seorang da’i untuk berhati-hati ketika ia ingin menyampaikan dakwahnya, harus memikirkan terlebih dahulu pesan yang akan disampaikan, apakah ini sudah di lakukan atau bisakah dilaksanakan dan pantaskah diucapkan.
Kedua harus meyakini sebagai wakil rasulallah, karena pesan dakwah itu sumbernya dari nabi Muhammad saw sekaligus perintah darinya “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” [HR Bukhari].
Ketiga bertujuan mengajak kepada Allah swt, “Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata…” [QS Yusuf: 108]. Tujuan dakwah ini penting selalu di ingat oleh seorang da’i agar ia mendapatkan rida Allah swt dalam dakwahnya karena ia mengajak orang lain kepada Allah, mengajak kepada kebenaran dan kebaikan bukan mengajak kepada dirinya atau goloangnya. [Eko]
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin