Denpasar, aktual.com – Konsultan Bagian Neuro Vaskular RSUP Sanglah, dr. Ida Bagus Kusuma Putra mengatakan bahwa usia muda, sekitar usia 27 tahun ke atas berpeluang mengalami penyakit stroke.
“Sebaran pasien stroke akan banyak bergeser, menyerang usia muda karena gaya hidup yang bebas. Seperti makanan cepat saji secara terus menerus dan tanpa memperhatikan nutrisinya,” katanya di RSUP Sanglah, Jumat.
Ia mengatakan bergeser pasien ke usia muda karena setelah menjalani perawatan, ada temuan hipertensi, obesitas, kolesterol dan kencing manis yang berasal dari pola hidup yang tidak sehat.
Penyakit stroke paling banyak terjadi oleh karena penyumbatan pembuluh darah. Untuk usia 55 sampai 75 tahun paling banyak dialami pasien laki-laki, sedangkan untuk usia di atas 75 tahun dominan dialami perempuan.
Dijelaskannya, penyakit stroke terjadi karena penyumbatan atau perdarahan.
“Kasus stroke karena sumbatan meningkat jumlahnya di Sanglah, dan untuk kasus stroke itu karena perdarahan terjadi ketika dilihat dari segi anatomi berupa kelainan individu itu sendiri, terpapar obat-obatan, kadar darah yang tinggi, gangguan pembekuan darah dan lainnya,” kata dr. Ida Bagus Kusuma Putra.
Faktor risiko terdiri dari modifikasi misalnya hipertensi, kencing manis, kolesterol, asam urat dan lain sebagainya. Sementara ada faktor yang tidak dapat dimodifikasi, diantaranya usia dan ras.
Ia menjelaskan cara untuk dapat mendeteksi tanda-tanda penyakit stroke diantaranya deteksi melalui wajah berupa bentuk bibir yang tidak simetris kalau senyum dan matanya yang terus terbuka.
Kemudian, untuk gerakan-gerakan ringan, lengan dan kaki mulai melemah, menunjukkan gaya bicara yang tidak jelas dan biasanya terjadi mendadak.
“Kesemutan separuh yang timbulnya mendadak, memang sering dianggap sepele, padahal ini risiko kecacatannya tergolong tinggi,” katanya.
Lalu, mengalami rabun satu mata saja, dan sakit kepala yang mendadak yang sebelumnya tidak memiliki riwayat sakit kepala, diikuti mual dan muntah.
Upaya preventif atau pencegahan. ada secara primer dan sekunder. Untuk primer, melihat sasarannya siapa, kondisinya bagaimana, apabila sehat dapat diarahkan agar tidak jatuh sakit atau sampai berisiko tinggi terkena stroke.
Untuk sekunder, sasarannya itu terhadap penderita stroke. “Jadi bagaimana kita memberikan asupan pola makan yang sehat mengatur tidurnya, melakukan pengobatan dan mengikuti proses sesuai anjuran dokter,” katanya. [Eko Priyanto]
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin