Ternate, aktual.com – Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Maluku Utara terus mengembangkan pengelolaan perpustakaan desa guna mewujudkan generasi yang menguasai data dan informasi.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Malut Rahwan K Suamba melalui siaran pers yang diterima Antara di Ternate Jumat menyatakan pihaknya mengakomodir peserta pada PLM Nasional sebanyak 30 orang terdiri dari 13 pengelola perpustakaan dalam pengembangan perpustakaan desa.
Menurut dia, ada sejumlah kabupaten dilibatkan seperti Kepala Dinas Kearsipan kabupaten Halmahera Utara Yulius Mairuhu dan 11 pengelola perpustakaan yang dikoordinir Kepala Dinas Perpustakaan Halmahera Barat Silas Palias dan lima tim sinergi Provinsi Malut
Dia menyatakan, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Maluku Utara dalam kesempatan pameran tersebut memamerkan puluhan hasil kreasi dari sembilan pengelola perpustakaan desa seperti karya tangan pemustaka yang memanfaatkan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial dari masing-masing perpustakaan desa.
Sebelumnya, pihaknya terlibat dalam pelaksanaan Kegiatan Peer Learning Meeting (PLM) Nasional oleh Perpustakaan Nasional RI bertujuan untuk menunjukkan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa perpustakaan memiliki peran penting dalam mencerdaskan anak bangsa.
Sementara itu, Kepala Perpustakaan Nasional Drs Muh Syarif menyatakan saat ini merupakan revolusi industri 4.0, maka berbicara tentang teknologi. Bagaimana bangsa Indonesia bergerak untuk melakukan eksport dan inilah yang menjadi paradigma baru.
“Ketika kita berbicara tentang literasi maka bagaimana kita berbicara tentang seperti apa penjabarannya maka tahap pertama literasi adalah kemampuan mengumpulkan semua sumber bahan bacaan untuk menjadi modal agar generasi kita ke depan adalah generasi yang menguasai data dan informasi dan akhirnya berpengetahuan,” katanya.
Menurut Syarif Bando, kalau tahapan ini saja maka pustakawanlah yang hebatnya karena memiliki kolesi yang berjuta-juta.
Lalu tahapan yang kedua bagaimana memahami apa yang tersirat dari yang tersurat, maka tahapan ini pendidiklah yang hebat. Sementara tahapan ketiga bahagaimana memiliki gagasan bank dan menggambarkan inovasi baru, maka mahasiswalah hebatnya.
“Jadi akhirnya kita sampai pada tahapan kemampuan menciptakan barang dan jasa yang bisa kita pakai dalam kompetisi global,” katanya. [Eko Priyanto]
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin