Ilustrasi
Ilustrasi

Kabupaten Wakatobi, aktual.com – Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) turut membantu mengedukasi para siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri Kulati Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sulteng) dalam pengelolaan sampah.

“Program edukasi peserta didik ini kami mulai sejak 2018. Sasarannya adalah penyadartahuan para siswa,” kata Stakeholder Engagement Coordinator YKAN La ode Arifudin di Wakatobi, Sabtu [29/2].

Edukasi kepada siswa tentang bahaya ancaman kerusakan lingkungan akibat sampah tersebut dinilai YKAN salah satu solusi mengatasi masalah sampah di kawasan Taman Nasional Wakatobi.

Dalam menjalankan program, YKAN bermitra dengan SD Negeri Kulati dengan cara memasukkan materi tentang lingkungan hidup ke mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Pada praktiknya, anak didik tidak hanya diajarkan apa saja tentang sampah namun juga bagaimana menjaga ekosistem di sekitar kawasan taman nasional.

“Kami juga mengajarkan anak didik bagaimana memisahkan antara sampah organik dan anorganik,” ujar dia.

Para siswa tersebut nantinya diharapkan bisa menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing terutama bagi keluarga mereka. Ke depan, YKAN berencana menerapkan program itu di seluruh SD di Kecamatan Tomia.

Sementara itu, salah seorang guru SD Negeri Kulati, Taharuddin mengatakan satuan pendidikan tersebut sengaja memasukkan materi pelajaran tentang lingkungan sebagai upaya edukasi pada siswa.

“Di sekolah ini memang ada materi tentang lingkungan,” sebut dia.

Materi yang diberikan tidak hanya menyangkut tentang sampah saja namun bersifat menyeluruh tentang lingkungan. Sebagai contoh cara menjaga dan merawat pohon, terumbu karang, mangrove dan lain sebagainya.

Apalagi, di sekitar pantai Desa Kulati tersebut dulunya penangkapan ikan dilakukan dengan cara tidak ramah lingkungan misalnya mengebom, meracun dan sebagainya. Edukasi dan penyadartahuan itu lah yang diberikan kepada anak didik agar mereka memahami pentingnya menjaga alam.

“Karena kalau kita tidak jaga, ke depan bisa kita bayangkan anak anak cucu kita tidak bisa melihat keindahan alam ini terutama di pantai,” tambahnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eko Priyanto