Kudus, aktual.com – Ratusan warga dari berbagai daerah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berebut “banyu penguripan” atau air penghidupan yang berasal dari sebanyak 51 sumber mata air setelah dikirab dari Alun-alun Kudus menuju Masjid Menara Kudus, Rabu [11/3].

Warga sendiri sudah menantikan kehadiran rombongan peserta kirab yang membawa air dari 51 sumber mata air, sebanyak 50 sumber mata air di antaranya dari Kabupaten Kudus dan satu sumber mata air dari Sunan Kalijaga, Kabupaten Demak.

Setelah peserta kirab sampai di halaman Menara Kudus, kemudian 51 sumber mata air tersebut dicampur menjadi satu dan didoakan ulama setempat sebelum dibagikan kepada masyarakat.

Puluhan sumber mata air dari Kudus tersebut, di antaranya mata air dari Rahtawu, Sendang Dewot, Wonosoco, sendang Dudo, Hadipolo, yang kemudian disatukan dalam satu wadah berupa gentong tanah berukir untuk dibagikan kepada warga.

Maesaroh, salah seorang warga di Kudus mengakui rela berpanas-panasan demi mendapatkan air penghidupan yang berasal dari puluhan sumber mata air tersebut.

Selain ingin mendapatkan air tersebut, warga asal Semarang itu juga ingin melihat kirab air penghidupan yang berasal dari 51 sumber mata air bersama teman-temannya.

“Mudah-mudahan air yang saya minum bisa mendatangkan keberkahan,” Maesaroh.

Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan menambahkan kirab “banyu penguripan” merupakan bagian dari strategi dakwah Kanjeng Sunan Kudus, Sayyid Jafar Shadiq.

Warga dan masyarakat, kata dia, percaya bahwa sumber mata air yang telah didoakan dengan bacaan Al Quran itu bisa memberikan kesehatan dan keberkahan.

“Air itu merupakan sumber kehidupan yang patut dilestarikan sehingga bisa bermanfaat untuk generasi penerus. Keberadaan ‘banyu penguripan‘ memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Kudus,” kata Muhammad Nadjib Hassan.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus Samani Intakoris menjelaskan air yang dikumpulkan tersebut merupakan simbol persatuan yang bisa memperkokoh umat.

Terlebih lagi, kata dia, sikap toleransi yang dimiliki Sunan Kudus sangat baik sehingga dapat menjadi contoh kehidupan pada masa kini.

“Air ini bisa menjadi sumber dakwah dan peran sosial untuk masyarakat menjaganya, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan,” demikian Samani Intakoris.

Artikel ini ditulis oleh:

Eko Priyanto