عَنْ أَبِي العَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قَالَ كُنْتُ : خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً فَقَالَ لِي : يَا غُلاَمُ ! إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ : احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ باِللهِ ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
(رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ)
وَفِي رِوَايَةِ غَيْرِ التِّرْمِذِيِّ : اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ ، وَمَا أَصَابَكَ لَم يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الفَرَجَ مَعَ الكَرْبِ ، وَأَنَّ مَعَ العُسْرِ يُسْراً
Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Pada suatu hari aku pernah berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, ‘Wahai anak muda! Sesungguhnya aku akan mengajarkan beberapa kalimat kepadamu. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau mau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau mau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah. Ketahuilah apabila semua umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka pun berkumpul untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering.’” (HR. Tirmidzi, dan ia berkata bahwa hadits ini hasan shahih).
Dalam riwayat selain riwayat Tirmidzi, “Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah di saat senang, niscaya Allah mengenalmu di saat susah. Ketahuilah, bahwa apa saja yang luput darimu, maka tidak akan pernah menimpamu. Dan apa yang menimpamu, maka tidak akan pernah luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran, kelapangan itu bersama kesulitan, dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
Keutamaan Perawi
Ibnu Abbas ra. adalah sepupu Rasulullah saw yang lahir 3 tahun sebelum hijrah. Dijuluki Ibnu Abbas karena anak pertama dari Sayyidina Abbas ra. Pamanda Nabi saw. Ayah beliau, Abbas bin Abdul Muthalib ra. lahir 2 tahun sebelum kelahiran Rasulullah saw. Beliau tetap berada di Makkah saat sahabat lain hijrah, di sana beliau menjadi informan untuk mengawasi gerakan para Quraisy di Mekkah. Namun meskipun tidak hijrah, beliau sudah dituliskan pahala hijrah bersama dengan Rasulullah saw. Wafat usia 88 tahun dimakamkan di Baqi’.
Saat lahir, Ibnu Abbas ra. ditahnik dan diadzani oleh Rasulullah saw. Saat masih kecil Pernah Rasulullah saw. Memanggilnya dengan sebutan “Wahai, Abu Khilafah”. ternyata benar anak cucu beliau menjadi Penguasa Dinasti Abbasiyah. Peristiwa ini terjadi saat usianya 10 tahun. Sampai kekhalifahan, ia memiliki sampai 600-an orang keturunan.
Beliau mendapat julukan turjumanul Qur’an (penerjemah Al-Quran yang konkret) dan merupakan rujukan utama dalam tafsir quran diantara kalangan sahabat. Rasulullah saw. pernah berdoa untuknya:
اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ
“Ya Allah, buatlah dia menjadi faqih di dalam agama ini, dan ajarilah dia ilmu ta’wil (ilmu tafsir al-Qur’an).”
Sahabat Ibnu Abbas ra. meriwayatkan 1.660-an hadits. Hijrah dari Madinah ke Thaif, beliau wafat saat usia 71 tahun. Saat akan dimakamkan, ada merpati putih yang masuk ke liang kuburnya, lalu tiba-tiba terdengar “yaa ayyuhan nafsul muthmainnah, irji’i ila rabbiki radhiyatam mardiyah“. Beliau dimakamkan di Thaif.
Faedah, Tanbih & Hikmah Hadits
Jagalah Allah maksudnya adalah jagalah Hak Allah dengan mentaati perintah-Nya dan jadilah sebenar-benarnya hamba. Menjauhi dosa dan menghindar dari maksiat. Maka Allah akan memperhatikan dan menjagamu. Dan bahkan penjagaan Allah bukan hanya kepada kita, tetapi juga keluarga, saudara, sahabat, dan orang-orang terdekat. Amal Sholeh adalah cerminan orang beriman ketika kita menjaga hak Allah, maka Allah akan menjamin hidup kita.
Al hifdz (penjagaan) juga harus terus ditingkatkan, diupgrade menjadi Al istihya (sungkan atau malu) atas karunia yang Allah berikan.
Kadang kita sering merasa tidak baik. Merasa hari ini Tuhan tidak memberi kebaikan kepada kita. Perasaan tersebut hadir karena kita seringkali menggunakan standar hidup kita yang materialistis, kesuksesan selalu diukur dengan materi. padahal Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Hanya saja banyak nikmat-Nya yang tidak kita sadari.
Pernah ada pencuri yang masuk rumah Rabi’ah Al Adawiyah. Selesai mengangkut barang yang dicurinya, saat ingin keluar pencuri tersebut tidak menemukan pintu keluar. Namun saat barang tersebut ditaruh, barulah nampak pintu keluar. Pencuri mencoba berulang kali untuk keluar dengan membawa barang curian. Hampir menyerah, tiba-tiba terdengar suara mengatakan bahwa yang dia masuki rumahnya telah dijaga oleh Penjaga sejati, Allah Taala.
Untuk memohon penjagaan Allah, bacalah :
بسم الله بعون الله يا الله يا الله يا حفيظ يا حفيظ
Bismillah biaunillah ya Allah ya Allah ya hafizh
Dibaca 3x dalam satu tarikan nafas saat dalam suasana genting, merasa takut atau khawatir, ketika bertemu orang mencurigakan, dll.
Mukmin sejati akan terjaga keluarga dan anak cucunya. Ihfazhillah. Jaga dirimu untuk dirimu. Jika memang kita bukan siapa-siapa, bukan dari nasab yang mulia, buatlah sejarah atasmu sendiri. Kalau ilmumu belum mumpuni hari ini, rezekimu belum cukup, maka tetap bertakwalah kepada Allah dan tetap berusaha. Riyadhah dan duduklah bersama orang-orang Sholeh, jika dirimu tak mendapatkannya, maka anak cucumu yang akan mendapatkannya. Banyak contoh, para Ulama yang terlahir dari orang tua yang bukan ulama namun karena kecintaan orang tuanya kepada para ulama akhirnya Allah anugerahkan kealiman kepada anaknya.
Fase Ihsan yaitu muraqabah dan musyahadah. Percuma jika kita sibuk menjaga syariah tapi tidak yakin bahwa Allah akan menjaga kita. Allah adalah penjamin terhadap orang mukmin. Apakah Islam kita sudah lahir batin? atau baru dilisan saja. Dalam kontek suluk, apalah kita sudah dalam tingkatan muraqabah dan musyahadah? Hakikatnya sebagai hamba, kita tidak hanya menjalankan syariat, tapi juga harus istihya’ yaitu menambah rasa malu yang menjadikan kefakiran dan kehinaan dihadapan Allah. Karena amal apapun yang kita lakukan, hakikatnya terjadi atas izin Allah.
Mintalah hanya kepada Allah.
Permintaan ada kalanya lahiriah dan bathiniah. Permintaan lahiriah boleh meminta tolong pada manusia, namun harus tetap yakin semua karena kehendak Allah, seperti halnya ketika kita meminta tolong kepada anak untuk membuatkan kopi. Sedangkan permintaan bathiniah hanya bisa dipanjatkan pada Allah, seperti meminta keistiqomaahan, Taufiq, meminta rizki dll.
Saat Ramadhan biasanya akan banyak bermunculan orang-orang yang berpura-pura menjadi fakir agar bisa menerima zakat. Zakat bisa menjadi potongan pajak jika berzakat di lembaga yang sudah terdaftar Baznas. Perlu diketahui masih dikatakan yatim jika anak tersebut belum baligh, dan syarat fakir miskin ada tiga, yaitu tidak punya pekerjaan, tidak mampu mencukupi keluarga dan saat meminta tidak boleh memaksa.
Namun Islam juga melarang umatnya meminta-minta. Untuk menjaga marwah umat muslim, kita lebih dianjurkan untuk memberi, karena dengan memberi kita bisa menang atas diri kita sendiri. Sebagai hamba, hanya menjalankan tugas sebagai penebar kebaikan dengan memanfaatkan segala yang diditipkan oleh Allah. Sudah punya uang namun masih suka minta-minta, seperti sedang mengumpulkan batu api neraka. Semoga kita semua terhindar dari sifat suka meminta-minta.
Mengenai Takdir, peganglah firman Allah ini:
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal”. (QS. At-taubah 153)
Dan Firman Allah ta’ala :
يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh). (QS. Ar-Ra’d Ayat 39)
Takdir Mubrom adalah sesuatu yang tidak bisa dielakan atau sudah pasti dan tidak dapat dirubah. Sedangkan Takdir Mu’allaq adalah ketentuan yang masih digantungkan dan dapat dirubah. Meskipun takdir terbagi dua, muallaq dan mubram, kita sebagai manusia tidak mengetahui mana takdir muallaq dan takdir mubram. Oleh karena itu, kita ahlusunnah wal jamaah memandang doa sebagai ikhtiar manusiawi yang tidak boleh ditinggalkan sebagaimana kita memandang perlunya ikhtiar dalam segala hal, bukan menyerah begitu saja.
Pembagian takdir menjadi mubram dan muallaq itu tampak pada Lauh Mahfuzh. Adapun dari sisi ilmu Allah, semua putusan itu bersifat mubram karena ketika Allah mengetahui datangnya putusan muallaq, maka hasillah muallaq tersebut, dan tidak boleh tidak ketika Allah mengetahui ketiadaan putusan muallaq, maka tiadalah muallaq tersebut. Tetapi manusia tiada jalan lain, seseorang tidak boleh meninggalkan doa hanya karena bersandar pada putusan qadha tersebut sebagaimana larangan seseorang untuk meinggalkan makan karena bersandar pada putusan Allah perihal kenyang.
Doa bermanfaat terhadap apa yang datang dan apa yang belum datang (dari langit). Bala pun akan datang dan bertemu dengan doa. Keduanya (bala dan doa) senantiasa ‘berperang’ hingga hari qiamat sebagaimana dibahas pada kajian-kajian sebelumnya.
Takdir mubram itu contohnya seperti hari kiamat, kenabian, wahyu dan kewalian yang tidak bisa diubah. dan mualaq contohnya seperti kesehatan, kemakmuran dan kepandaian yang masih bisa diubah dengan kekuatan doa serta amaliyah lain. Allah berkehendak untuk merubah atau menghapus segala ketetapan. Agar bisa merasakan kebaikan Allah, pakailah batin dan rasa dalam berkomunikasi dengan-Nya. Jangan hanya pakai akal dan indra saja.
Yakinlah tidak ada yang dapat memberikan manfaat dan mendatangkan bahaya kecuali atas izin Allah dan semuanya terjadi atas ketetapan Allah. Memahamkan diri bahwa saat minta tolong apapun pada siapapun baik kepada orang tua, wali, ataupun guru itu semua tidak akan merubah apapun kecuali atas izin Allah. Sebagaian Ulama hakikat berpendapat bahwa lauhul Mahfudz seperti lapisan lembaran-lembaran ketentuan Allah. Syekh Abdul Abbas As Sya’roni berkata, yang bisa dihapus itu lauhul mafudz pada lapis 70, wallahu alam.
Rasulullah saw. pun pernah diguna-guna, di sihir oleh Yahudi di sumur tua. Ini agar bisa kita dijadikan pelajaran dan menjadi asbabun nuzulnya mu’awidzatain (Al-Falaq dan an-naas). Kalau Rasulullah saw, manusia paling mulia saja bisa Allah takdirkan seperti itu, apalagi kita yang imannya naik turun ini. Meskipun kita tahu bahwa segalanya adalah ketetapan Allah, kita harus tetap memohon pertolongan dan kesabaran. eling bahwa kita hanyalah hamba, lan waspodo atas setiap ujian dari Allah karena kita diberi amanah sebagai khalifah di bumi, dengan ilmu.
Pena-pena telah diangkat, lembaran telah kering. Maksudnya penulisan takdir sejak hari tersebut sampai kiamat sudah dituliskan di lauhul mahfudz. Namun kita masih bisa menghapus kesalahan dengan kebaikan, seperti halnya istighfar, sholawat, sholat, sedekah. Jangan lupa untuk selalu mengakui kedzoliman kita dihadapan Allah. Rahmat dan ampunan Allah lebih besar dari dosa-dosa kita. Kita sholat ataupun tidak, Allah tidak peduli pun Allah tidak akan marah. tapi kalau kita sholat, Allah akan semakin sayang kepada kita, hambanya.
Orang yang datang untuk menanyakan sesuatu kepada Dukun, Cenayang atau peramal. –meski tanpa meyakini atau membenarkannya-, maka shalatnya selama 40 hari tidak akan diterima. Hal ini didasarkan kepada sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Siapa yang mendatangi tukang ramal (dukun) dan bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim)
Itu hanya bertanya. Lalu bagaimana jika sampai mengimani, mempercayai, langsung tergolong orang musyrik yang dosanya tidak diampuni oleh Allah. Rasulullah saw. Bersabda :
مَنْ أَتَى كَاهِنًا، أَوْ عَرَّافًا، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Siapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkan apa yang dikatakannya, maka sungguh ia telah kufur kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad.”
(HR. Ahmad)
Maksudnya: orang yang datang dan bertanya kepada dukun disetai keyakinan akan kebenaran si dukun bahwa dia mengetahui perkara ghaib maka ia telah kafir; karena ia telah menyalahi dan mendustakan firman Allah Ta’ala,
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
“Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah”.” (QS. Al-naml: 65)
Jagalah hak Allah dengan menjalankan kewajibanmu pada Allah. Dalam redaksi lain dari hadits ke-19 ini dikatakan Taa’rraf ilallah, berusahalah engkau mengenal Allah, sehingga Allah akan mengenalkan dan membantu segala urusanmu. Tahu belum tentu kenal, kenal belum tentu dekat, pun yang dekat belum tentu dipercaya.
Tingkatan kedekatan pada Allah:
1. Tahu
Tahu bahwa Allah itu Tuhan yang memerintahkan segala macam syariat yang harus ditaati, sehingga menjalankan ibadah dengan terpaksa, yang penting kewajibannya gugur.
2. Kenal.
Ibadah untuk pengabdian pada Allah. Berdzikir secara lisan saja.
3. Dekat
Ternyata Allah itu Maha Baik, Maha segalanya. Berdzikir lahir dan batin.
4. Dipercaya
Sebagai khalifah, wali kekasih Allah. Pada tahapan ini, hamba tenggelam dalam dzikir, tidak bisa membedakan mana dzikir mana yang tidak dzikir. Karena setiap saat seluruh tubuhnya berdzikir kepada Allah, sampai larut didalamnya dan hilang kesadaran.
Alim itu baru mengetahui. Sedangkan Arif sudah menjelajah, ada pengalaman Ruhani, dhohir wal bathin.
Mendekatlah dan kenalilah Allah disaat senang, jangan hanya datang saat susah. Karena saat sehat dan bahagia adalah kondisi paling optimal kita. Mendekatlah kepada Allah disaat senang niscaya Allah akan lapangkan dada kita disaat mengahadapi kesusahan. Semoga Allah membuka pintu ma’rifat sehingga kita bisa dekat dengan Allah.
Ada Kisah tentang tiga pemuda yang terperangkap dalam gua. Pemuda pertama bertawasul dengan amal berbakti kepada orang tua, lalu batunya bergeser. Pemuda kedua bertawasul dengan menghindari zina, kemudian batu tersebut bergeser lagi. Pemuda terakhir bertawasul dengan uang yang sudah dikeluarkan untuk memberi pesangon pegawainya, kemudian batu bergeser lagi dan mereka bisa keluar. Ini menunjukkan bahwa Tawassul dengan amal sholeh yang pernah kita lakukan dapat menjadi perantara terbaik untuk meminta Hajat dan pertolongan dari Allah swt.
Rasulullah saw. Bersabda :
دَعْوَةُ ذِى النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِى بَطْنِ الْحُوتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ
“Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya.”
(HR. Tirmidzi)
Doa nabi Yunus as. tersebut Dibaca sebanyak 40x. Insyaallah Allah akan bukakan hati hingga dihilangkan segala kegundahan. Keresahan hati diganti dengan pencerahan. Atau setelah antara azan dan iqomah subuh, sholat qobliyah dan membaca ya hayyu ya qayyum 80x sebagaimana biasa diamalkan di Zawiyah Arraudhah.
Saat tergelincir dalam maksiat, akui. Pengakuan dosa yang segera diikuti dengan kebaikan. Maka Allah akan ampuni dan menghapus keburukan. Sebuah dosa haruslah disusul dengan taubat, pengakuan dan amal baik untuk menghapus dosa tersebut.
Tidak akan menimpa kamu kecuali sudah ditetapkan oleh Allah. Tugas hamba hanyalah berdoa. Barangsiapa bersabar dan tidak marah dan menyalahkan, dia termasuk orang yang menang lagi berhasil. kemenangan bersama kesabaran, kelapangan itu bersama kesulitan, dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Ingat, “bersama kesulitan” bukan “setelah kesulitan” baru ada kemudahan. Maka kita harus jeli melihat kemudahan dibalik setiap kesulitan yang datang. Seperti saat wabah sekarang ini, kita harus jeli melihat keadaan disaat ekonomi banyak terpuruk. kita harus tetap bisa menangkap peluang dan kesempatan berbekal pada hadits ke-19 ini.
Tanda-tanda Allah menyayangi hambanya adalah dengan diuji untuk memastikan sejauh mana komitmen kita. Setelah taubat, setelah hijrah, setelah berbaiat Thoriqoh kok merasa rezeki semakin seret, banyak masalah berdatangan. Ini merupakan ujian, makanya harus ada bimbingan mursyid yang selalu mengarahkan.
Ridha (pasrah atas setiap ketetapan Allah) tingkatan nya di atas sabar. Jika kita membaca sejarah para ulama pun,para imam-imam besar tidak ada yang luput dari ujian Allah. Imam Nawawi dan Imam Bukhori diusir dari negaranya. Imam Hanafi dicambuk sampai meninggal. Imam Malik yang dihukum penguasa sampai tangannya putus. Imam Ahmad dipenjara karena meyakini Al-Qur’an adalah Kalamullah dan bukan makhluk. Semua adalah tanda cinta Allah pada kekasihnya. Makin dekat, ujian semakin berat.
Nabi Yahya as. pun disembelih umatnya. Sahabat Umar ra, Utsman ra, Ali ra yang memiliki karomah diuji dengan tusukan pedang, bahkan sayyidina Husein ra dipenggal kepalanya. Rasulullah saw. Bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
Artinya: “Barangsiapa dikehendaki Allah (mendapat) kebaikan, maka ia akan diuji.” (HR. Bukhari).
Saat bahagia, bersiaplah menghadapi kesedihan. Pun saat sedih, bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Seperti yin dan yang, ilmu keseimbangan yang bisa dicapai dengan diawali dengan ilmu kesadaran diri sebagai hamba.
Musibah, adalah bentuk teguran atau hukuman jika memang orang tersebut ahli maksiat. Namun untuk orang muslim mukmin, musibah adalah ujian sebagai tanda cinta Allah pada hambanya . Tandanya dengan bertambahnya keimanan, makin mendekat kepada Allah. Hamba yang diberi cobaan saja sudah mendapat satu pahala, dan jika sabar makan akan mendapat lagi pahala yang berbeda
Beberapa respon atas pertanyaan participant kajian dhuha online
Qadariyah dan jabariyah muncul karena tauhid yang lemah, tidak menjalankan dan menguatkan syariat. Kemaksiatan adalah bagian takdir Allah. Namun tidak cukup sampai disitu. Memang takdir Allah, tapi Allah membekali kita dengan akal dan ilmu untuk taubatan nasuha. Karena kita bukan wayang yang tidak ada ikhtiar, ilmu dan akal. Lalu untuk apa Allah turunkan Syari’at dan mengutus para Nabi jika manusia tidak diberikan kehendak ikhtiar dan pilihan. maka penting mengaji aqidah. Pembahasan masalah aqidah seperti ini harus dalam kajian khusus.
Ikhlas itu sirr, rahasia Allah. Jika ibadah ingin ma’rifat, ingin agar dekat dengan Allah, itu juga merupakan bagian keikhlasan. Namun keikhlasan memiliki tingkatan, puncaknya hanya Allah yang tahu. Yang penting melakukan apapun hanya untuk Allah.
Tawasul. Mohon kepada Allah, pasti Allah akan muliakan kita. Tawasul bukan bermaksud meminta kepada Rasulullah saw. atau para auliya, tetapi dengan kedudukan mereka yang mulia disisi Allah, kita memohon diturunkannya rahmat Allah SWT. Bahkan Sayyina Umar ra pernah bertawasul kepada paman Nabi saw. Sayyidina Abbas ra. saat sholat istisqa.
Madad dalam thoriqoh bermakna dua hal. Pertama, melalui auliya dan rasulullah memohon rahmat Allah. Kedua, memohon kepada rasulullah dan auliya untuk menyampaikan doa-doa agar permohonan lebih cepat tersampaikan kepada Allah karena kedudukan para kekasih Allah. Maka jangan hanya ikut-ikutan tanpa mengerti makna, karena bisa salah tafsir.
Untuk perempuan yang sedang haid, tidak boleh membaca apapun dalam al Quran. Biasanya saat kirim hadiah al fatihah, imam berniat mendapat barokah dengan bacaan al fatihah, sehingga perempuan haid bisa menggantinya dengan perbanyak sholawat.
Diantara adab menghafal hadits. Hafal itu artinya menjaga, baik di akal maupun di hati bahkan juga anggota badan yakni dengan mengamalkan.
1. Hadiahkan Al Fatihah untuk Rasulullah dan perawi. Hal ini untuk menyambungkan antara akal dan ruhani, agar hafal tidak hanya ada di pikiran tapi juga dalam qalbu
2. Membaca, menghafal seolah-olah Rasulullah saw. sedang berbicara kepada kita.
Iman adalah anugerah. Jika kita sudah diberi oleh Allah, maka rawatlah, jangan kau sia-siakan. Barangsiapa mengerjakan amal sholeh, Allah akan menjaga dan menghidupinya. Ukuran kedekatan kita dengan Allah yaitu semakin kuat, semakin bagus dan semakin menikmati dalam beribadah kepada Allah.
Agar iman tetap kuat
1. Menjaga niat. membangun komitmen dengan memperbaharui dan menguatkan niat setiap pagi sebelum melakukan aktifitas.
2. Mendawamkan Dzikrullah.
3. Didik nafsu dengan ibadah, sholat, baca Al Quran.
4. Mengikuti bimbingan guru. Agar iman terawat dengan baik.
Saat dzikir merasa adem dan panas. Itu adalah Rihul malak atau hembusan angin malaikat, suasana terasa adem dan tenang. Atau kadang merasa panas, itu karena reaksi dari jin dalam diri yang sedang dibersihkan dengan dzikir. Memilih mursyid dengan istikharah, harus ada sanad irsyad. Karena ada wali, ada juga wali mursyid, keduanya berbeda. Seorang wali belum tentu bisa memberikan bimbingan. seperti adanya rasul yang diperintahkan tabligh dan nabi tidak diperintahkan untuk tabligh atau menyampaikan risalah dan membimbing umat. para wali juga begitu.
Jangan bosan ngaji, kalau saat ngaji merasa bosan dan malas, lawan, karena bosan dan malas dengan kebaikan itu termasuk bisikan setan.
Wallahu A’lam bisshawaab
RESUME KAJIAN DHUHA KITAB ARBAIN NAWAWI BERSAMA KH. MUHAMMAD DANIAL NAFIS Hafizhahullah
(Via zoom Cloud Meeting 06.45 – 08.35 WIB Jumat-Ahad 23-25 Sya’ban 1441 / 17-19 April 2020)